Thursday, 5 December 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.latar belakang
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam  tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormasni, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi : air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium.
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Radikula tumbuh ke bawah menjadi akar, sedangkan plumula tumbuh ke atas menjadi batang. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen,dan suhu.
Perkecmbahan penting untuk pertumbuhan tanaman khususnya dan bagi pertanian pada umumnya karenaperkecanbahan merupakan awal pertumbuhan tanaman gleh sebab itu perkecambahan sangat penting untuk di jaga dan diperhatikan untuk kelangsungan hidup tanaman itu sendiri.
B.Tujuan Praktikum
1.      Mempelajari proses perkecambahan pada tumbuhan jagung (Zea mays)
2.      Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar para pembaca dan kita dapat mengetahui dan memahami tentang:
1.      Proses-proses perkecambahan pada tumbuhan jagung (Zea mays)
2.      Fajtor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkecambahan pada tanaman jagung (Zea mays).


BAB II
SIFAT BOTANIS TANAMAN
            Jagung sudah di tanam sejak ribuan tahun yang lalu diduga berasal dari banua Amerika berawal dari Peru dan Meksiko. Jagung berkembang terutama ke daerah Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Selanjutnya jagung menyebar ke Eropa dan Utara Afrika. Pada awal abad ke-16 jagung sampai ke India dan Cina. Di Indonesia jagung sudah dikenal kira-kira sejak 400 Tahun lalu di bawa oleh orang Portugisdan Spanyol pada abad ke-16 melalui Eropa, India, dan Cina. Jagung terus berkembang dan menjadi tanaman penting kedua setelah padi.
Taksonomi
Klasifikasi tanaman jagung
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas        : Commelinidae
Ordo                : Poales
Famili              : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
Tempat tumbuh
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan.
A.iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah- daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
 B. media tanam
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
C.Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Morfologis
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung.Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.
a.  Sistem Perakaran
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu  akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah.Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
b.  Batang dan Daun
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisidaun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant).
c.   Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol,muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordial stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan
d.  Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10- 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.

Berdasarkan penampilan dan teksturnya biji jagung dibagi menjadi 6 tipe yaitu biji mutiara (flint corn),biji gigi kuda (dent corn),biji setengah mutiara,biji setengah gigi kuda,biji manis (sweet corn),biji berondong (pop corn)
Umur Panen
Ciri-ciri:
1.      Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam
2.       Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
3.       Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Kandungan Zat Gizi / Manfaat
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.












BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.  Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum perkecambahan jagung adalah:
v  Benih  jagung  putih
v  Media tumbuh tanaman berupa tanah humus
Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman.  Secara kimia, humus didefinisikan sebagai suatu kompleks organic makromolekular yang mengandung banyak kandungan seperti fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kesuburan tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman dan akan berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisipestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Dengan demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organik yang kaya akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah.
v  Larutan air garam
v  Air
v  Poly bag besar 3 buah
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum perkecambahan jagung adalah:
v  Alat penyiram.
v  Alat tulis berupa pen dan  penggaris
B.  Waktu dan tempat
Waktu praktikum perkecambahan tanaman jagung adalah pada tanggal  08 Mei – 23 Mei bertempat di desa Lok Bangkai.
C.  Prosuder kerja
v  Menyeleksi benih jagung dengan cara melakukan perendaman dengan larutan air garam, kemudian pilih lebih dari 30 benih jagung yang tenggelam pada larutan garam tadi.
v  Merendam 30 lebih dari benih tadi kedalam air selama 6 jam.
v  Menyiapkan  media tumbuh berupa polybag yang telah diisi dengan tanah humus untuk mengecambahkan biji  jagung, dan tiap polybag diisi dengan 10 benih jagung pada tiga jenis perlakuan.
v  Perlakuan A:
Meletakan pada tempat yang terang.
Perlakuan B:
Meletakan pada tempat yang gelap.
Perlakuan C:
Meletakan di bawah naungan
v  Melakukan pemeliharaan dan penyiraman kecambah pada tiga jenis perlakuan tersebut di atas pada pagi dan sore hari selama 15 hari.
v  Mencatat dari hasil pengamatan pada table.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.          Hasil
Tabel 1. Data Benih yang Tumbuh sampai dengan hari ke-15
Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan A:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Biji 1
-
+













Biji 2
-
+













Biji 3
-
+













Biji 4
-
+













Biji 5
-
+













Biji 6
-
+













Biji 7
-
+













Biji 8
-
+













Biji 9
-
+













Biji 10
-
+













Jumlah Tumbuh
-
10























Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan B:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
+








Biji 2
-
+








Biji 3
-
+








Biji 4
-
+








Biji 5
-
+








Biji 6
-
+








Biji 7
-
+








Biji 8
-
+








Biji 9
-
+








Biji 10
-
+








Jumlah Tumbuh
-
10









Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan C:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
+
-







Biji 2
-
+
-







Biji 3
-
+
-







Biji 4
-
+
-







Biji 5
-
-
+







Biji 6
-
+
-







Biji 7
-
+
-







Biji 8
-
+
-







Biji 9
-
-
+







Biji 10
-
+
-







Jumlah Tumbuh
-
8
2












Tabel 2. Data Tinggi Benih (cm)
Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan A:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
3
7
11
20
27
31
35
39
Biji 2
-
-
3
6
8
9
15
19
32
36
Biji 3
-
-
6
9
14,5
18
24
30
34
37,5
Biji 4
-
-
3
6
7,5
13
18,5
24
29
34
Biji 5
-
-
6
12
16
18
23
29
34
38
Biji 6
-
-
4
8,5
13
19
23
29
34
39
Biji 7
-
-
6
11
18
21
24
29
34
38
Biji 8
-
-
5
9
15
19
23
28
33
38
Biji 9
-
-
2
7
13
18
24
29
35
38,5
Biji 10
-
-
4
9
15
20
24
29
34
38
Rata-rata tinggi
-
-
4, 2
8,4
12,6
18,1
23,1
28,2
33,4
37,6



Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan B:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
8
14
19
27
31
36
41
46
Biji 2
-
-
9
14
19
27
33
40
45
48
Biji 3
-
-
4
7
13,5
20
26
30
36
40
Biji 4
-
-
8
14
21
29
33
40
44
49
Biji 5
-
-
9
14,5
23
31
36
40
45
49
Biji 6
-
-
7
12
16
25
31
35
38
43
Biji 7
-
-
8
14
21
30
35
39
43
47
Biji 8
-
-
5,5
12
17
26
32,5
37
41
44
Biji 9
-
-
7
13
19
24
30
38
41
45
Biji 10
-
-
6,5
11,5
20
26
32,5
41
46
49
Rata-rata tinggi
-
-
7,2
12,6
18,85
26,5
32
37,6
42.0
46,0



Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan C:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
2
6
8
9
15
18
24
28
Biji 2
-
-
7
14
18
25
30,5
33,5
37
41
Biji 3
-
-
6,5
12
16
22
29
33
35
39
Biji 4
-
-
5
11
10
15
22
27
31
36
Biji 5
-
-
2
7,5
16
26
31
35
39
43
Biji 6
-
-
8
14,5
21
28
32,5
37
40
43
Biji 7
-
-
4
10,5
19
28
32
37
40
44
Biji 8
-
-
4
10,5
17
26
31
35
41
45
Biji 9
-
-
5
11
17
23,5
29,5
34,5
39
43
Biji 10
-
-
5
11
16
24
30
35
40
43
Rata-rata tinggi
-
-
4,85
10,8
15,8
22,65
28,25
32,5
36,6
40,5



Tabel 3. Data Jumlah Daun (Helai)

Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan A:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
1
2
3
3
3
3
3
4
Biji 2
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 3
-
-
2
3
3
3
3
3
4
4
Biji 4
-
-
1
2
2
3
3
3
4
4
Biji 5
-
-
2
2
3
3
3
3
3
4
Biji 6
-
-
2
3
3
3
3
3
3
4
Biji 7
-
-
2
2
3
3
3
3
4
4
Biji 8
-
-
2
3
3
3
3
4
4
4
Biji 9
-
-
1
2
2
3
3
3
3
4
Biji 10
-
-
1
2
3
3
3
3
3
3



Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan B:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
1
2
2
2
2
2
3
3
Biji 2
-
-
1
2
2
2
3
3
3
3
Biji 3
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 4
-
-
1
2
3
3
3
3
4
4
Biji 5
-
-
1
2
2
2
3
3
3
3
Biji 6
-
-
1
2
2
2
3
3
3
3
Biji 7
-
-
1
2
2
3
3
3
3
4
Biji 8
-
-
1
1
2
2
3
3
3
3
Biji 9
-
-
1
1
2
2
2
2
3
3
Biji 10
-
-
1
2
2
2
2
3
3
3


Jenis Perlakuan
Hari ke-
Perlakuan C:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biji 1
-
-
1
1
2
2
3
3
3
3
Biji 2
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 3
-
-
1
2
2
3
3
3
4
4
Biji 4
-
-
1
2
2
2
2
3
3
3
Biji 5
-
-
1
2
3
3
3
3
3
4
Biji 6
-
-
1
2
2
3
3
3
3
4
Biji 7
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 8
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 9
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3
Biji 10
-
-
1
2
2
3
3
3
3
3


B.           Pembahasan
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit
biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktuyang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 2-3 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang kurang optimal, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah yang jika kondisi dan faktor yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan tidak optimal akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.
Pada praktikum ini juga dapat dideskripsikan bahwa hal yang terpenting dalam membantu proses perkecambahan jagung adalah pematahan dormansi benih dengan perlakuan perendaman benih terlebih dahulu ± selama 1 x 24 jam. Dikatakan oleh penjual benih, jika tidak dilakukan perendaman terlebih dahulu, maka proses perkecambahan akan lebih lama, sedangkan benih yang digunakan bukan varietas unggul sehingga akan rentan terhadap serangan penyakit selama menunggu kecambah muncul dalam bentuk plumul.
Tipe perkecambahan benih jagung ini tergolong ke dalam tipe hipogeal (hypogeous), di mana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.









Proses perkecambahan juga memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.            Tingkat kemasakan benih
Benih yang memiliki tingkat kemasakan yang optimal akan menghasilkan kecambah yang maksimal, sedangkan benih yang belum mencapai tingkat kemasakan fisiologis yang matang tidak akan mempunyai viabilitas yang tinggi.
Jika dilhat dari kecepatan perkecambahan dan persentase perkecambahan yang dilakukan praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa benih yang digunakan cukup baik tingkat kemasakannya.
2.            Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpan cadangan makanan terdapat karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingakan dengan benih yang kecil, dan kemungkinan pula embrionya juga lebih besar.
Oleh karena itu biji jagung yang dipilih praktikan dalam praktik ini pun juga biji-biji yang berkuran lebih besar dari semua biji yang tersedia. Mengenai pengaruh ukuran benih terhadap besarnya kecambah ini sesuai dengan pendapat Kuroiwa (1960; dalam Soetono, 1975) yang menyatakan bahwa dari benih yang lebih besar/berat biasanya dihasilkan kecambah tanaman yang lebih besar.
3.            Dormansi
Dormansi dapat disebabakan oleh berbagai faktor antara lain: impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter, ”after ripening”, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan.
Tetapi dengan perlakuan yang dilakukan paraktikan yaitu dengan melakukan perendaman biji di dalam air maka benih jagung yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah lebih cepat.
4.            Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih seperti Auxin dan bahan-bahan yang terkandung dalam biji/buah itu sendiri. Tetapi mengingat setelah dilakukan pematahan dormansi benih yang berkecambah cukup cepat dan persentasenya pun hampir 100% pada hari ke dua setelah tanam maka kemungkinan untuk faktor penghambat perkecambahan dalam biji yang digunakan tidak ada atau sangat rendah.





Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan suatu benih antara lain adalah:
1.            Air
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi peyerapan air oleh benih adalah: (a). Sifat dari benih itu sendiri, terutama kulit pelindungnya, dan (b). Jumlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya.
Jagung merupakan benih yang berkecambah pada kandungan air tanah dari titik layu permanen (atau sedikit di atasnya) sampai batas kapasitas lapangan.
2.            Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting bagi perkecambahan benih. Jagung merupakan tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur yang relatif tinggi, yakni dengan suhu optimum berkisar antara 23 º C - 27 º C.
3.            Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Tempat penanaman jagung seharusnya mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh naungan apalagi tempat tumbuh yang tidak mendapatkan cahaya sama sekali.
4.            Oksigen
Oksigen diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis dan respirasi, jika oksigen tidak tersedia maka tentu saja perkecambahan tidak akan berlangsung dengan maksimal.
5.            Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan.
Selain medium, tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih, dalam hal ini praktikan menamam biji jagung sesuai dengan aturan teknik budidayanya yaitu 2–3 cm.

Untuk membuktikan berpengaruh tidaknya faktor-faktor di atas terhadap perkecambahan benih bisa dilakukan dengan melakukan perhitungan kecepatan berkecambah benih dan persentase perkecambahannya. Perhitungan ini dilakukan untuk benih dengan hasil terbaik menurut pengamatan praktikan, yakni perlakuan A (meletakkan tempat tumbuh pada tempat yang terang (teras rumah, tetapi tidak memiliki penghalang cahaya).
Seperti yang sudah diketahui bahwa ada tiga parameter yang sangat menetukan keberhasilan suatu perkecambahan, yaitu:

a.             Kecepatan perkecambahan
b.            Persentase perkecambahan
c.             Nilai perkecambahan
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil sebagai berikut:

1.            Kecepatan Perkecambahan
Di mana semakin cepat suatu benih berkecambah, maka semakin cepat pula benih tersebut terbebas dari kondisi dan faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Kecepatan berkecambah merupakan berapa hari yang diperlukan benih untuk berkecambah.
Perhitungan kecepatan perkecambahan terhadap perlakuan yang dianggap terbaik (perlakuan A) adalah:

Kecepatan perkecambahan  = N1T1 + N2T2 + ........ + N10T10
                                                        Σ  Benih berkecambah
Keterangan:
N      : banyaknya benih yang berkecambah pada hari tertentu
T       : jumlah waktu yang diperlukan untuk berkecambah suatu
  benih (jumlah waktu antara awal pengamatan sampai
  akhir interval tertentu dengan pengamatan
  perkecambahan).


Tanggal        9          =          menanam
Tanggal        11        =          tumbuh 10

Maka ”Rata-rata Hari”         = 10.2
                                                   10
                                             =  20  :  10
                                             =  2 hari
                                   
2.            Persentase Perkecambahan
Bila persentase perkecambahan tinggi, maka peluang untuk menjadi tanaman adalah lebih besar, dan sebaliknya. Perhitungan persentase perkecambahan terhadap perlakuan yang dianggap terbaik (perlakuan A) adalah:

%      = Σ yang tumbuh
            Σ yang ditanam

Jumlah yang ditanam           = 10
Tanggal        9                      =  menanam
Tanggal        11                    = tumbuh 10
                                             = 100 %
                                                 (dari 10/10  x  100%
     atau 1  x 100% = 100%)
Berdasarkan analisa secara keselurahan, alasan praktikan menetapkan perlakuan A  sebagai perlakukan terbaik dari tiga jenis perlakuan disebabkan karena selain kecepatan berkecambah dan persentase perkecambahannya ”sempurna” juga disebabkan karena penampakan secara fisik kecambah yang tumbuh dalam kondisi bagus, yakni tanaman tampak segar, batang lebih besar, daun lebih banyak dan hijau dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada perlakuan C apalagi terhadap perlakuan B.
Tanaman yang tumbuh pada perlakuan C memang lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang tumbuh pada perlakuan A, tetapi kondisi fisik tanaman terlihat kurang subur dan kurus, daunnya pun tidak sehijau dan selebar daun tanaman pada perlakuan A. Sedangkan tanaman pada perlakuan B memang tumbuh jauh lebih tinggi dibanding tanaman pada  perlakuan A dan perlakuan C, tetapi kenampakan fisik tanaman sangat jauh dari istilah ”subur”, tanaman pada perlakuan B sangat kurus, daun sangat kuning bahkan hampir putih dan batangnya pun tidak kuat/rebah atau disebut dengan etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, dengan kecambah berwarna pucat serta lemah.
Jika dilihat dari semua faktor pemeliharaan, maka semua perlakuan mendapatkan pemeliharaan yang sama persis, jadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan kenampakan fisik tanaman tersebut adalah ”cahaya”.
Cahaya merupakan sumber energi dalam fotosintesis. Tanpa cahaya, tumbuhan tidak akan mampu berfotosintesis dengan baik dan menyebabkan tumbuhan terganggu pertumbuhannya. Cahaya juga merupakan faktor penghambat pertumbuhan. Hormon auksin menjadi tidak aktif ketika ada cahaya. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang ditanam di tempat terkena cahaya matahari menjadi lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam di tempat gelap. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menyebabkan gejala etiolasi di mana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning pucat. Selain itu cahaya juga mempengaruhi arah tumbuh tumbuhan. Peristiwa ini dikenal sebagai fototropisme. Tumbuhan akan tumbuh mengikuti arah datangnya cahaya. Hal ini ada kaitannya dengan kerja hormon auksin.
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal dengan ”Phytochrome”, yang tersusun dari chromophore dan protein, di mana chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya.
Selain cahaya maka faktor yang kemungkinan memmicu perbedaan fisik antar tanaman tersebut adalah ”oksigen”, dalam perkecambahan terjadi proses respirasi dan akan terus berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses rspirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akibat diletakkannya tempat tumbuh bagi biji dengan perlakuan B di dalam kardus tertutup rapat tentu saja akan mengakibatkan pertumbuhannya menjadi tidak normal, sebab proses respirasi dan fotosintesis juga berlangsung tidak dalam kondisi optimal.
Untuk itulah mengapa ilmu teknologi benih sangat penting untuk dipelajari oleh seorang mahasiswa pertanian khususnya dan para pelaku usahatani pada umumnya.











BAB V
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian/praktikum dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.            Proses perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Fase perkecambahan dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, kemudian terjadinya kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih dan terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Setelah itu dihasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Dan, terjadilah proses pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
2.            Faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu: (1). Faktor dalam: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan. (2). Faktor luar meliputi: air, temperatur, oksigen, cahaya, dan medium.
B.           Saran
Berdasarkan hasil penelitian/praktikum yang telah diperoleh maka disarankan:
1.            Dalam menanam atau mengecambahkan benih jagung sebaiknya tempat tumbuh/media tanam mendapatkan cahaya penuh dalam jumlah yang cukup artinya tidak terlindungi atau terhalang dari cahaya.
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Foto003         Foto004
Text Box: AText Box: BTanaman dengan 3 jenis perlakuan yang berbeda, namun hampir tumbuh serentak pada hari ke 2 setelah tanam.
IMG0445A         IMG0446A

Text Box: CIMG0447A
Perlakuan B tanaman mengalami etiolasi, Perlakuan A tanaman subur, Perlakuan C tanaman cukup subur tetapi perkecambahan tidak serentak.
DAFTAR PUSTAKA

Sutopo, Lita. ________. Teknologi Benih.  Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: _________.










;;

By :
Free Blog Templates