Thursday, 5 December 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.latar belakang
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah. Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi :
tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormasni, dan penghambat perkecambahan.
Sedangkan faktor luar meliputi : air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium.
Perkecambahan
terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon
batang). Radikula tumbuh ke bawah menjadi akar, sedangkan plumula tumbuh ke
atas menjadi batang. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air,
kelembapan, oksigen,dan suhu.
Perkecmbahan
penting untuk pertumbuhan tanaman khususnya dan bagi pertanian pada umumnya
karenaperkecanbahan merupakan awal pertumbuhan tanaman gleh sebab itu
perkecambahan sangat penting untuk di jaga dan diperhatikan untuk kelangsungan
hidup tanaman itu sendiri.
B.Tujuan Praktikum
1. Mempelajari
proses perkecambahan pada tumbuhan jagung (Zea
mays)
2. Mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum
ini adalah agar para pembaca dan kita dapat mengetahui dan memahami tentang:
1.
Proses-proses perkecambahan pada tumbuhan jagung (Zea mays)
2.
Fajtor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkecambahan
pada tanaman jagung (Zea mays).
BAB II
SIFAT BOTANIS TANAMAN
Jagung sudah di tanam sejak ribuan
tahun yang lalu diduga berasal dari banua Amerika berawal dari Peru dan
Meksiko. Jagung berkembang terutama ke daerah Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Selanjutnya jagung menyebar ke Eropa dan Utara Afrika. Pada awal abad
ke-16 jagung sampai ke India dan Cina. Di Indonesia jagung sudah dikenal
kira-kira sejak 400 Tahun lalu di bawa oleh orang Portugisdan Spanyol pada abad
ke-16 melalui Eropa, India, dan Cina. Jagung terus berkembang dan menjadi
tanaman penting kedua setelah padi.
Taksonomi
Klasifikasi tanaman jagung
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tempat tumbuh
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya,
jagung menghendaki beberapa persyaratan.
A.iklim
Iklim
yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah- daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung
dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat
LS.
B. media
tanam
Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung
berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur
berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat
(latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat
hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang
baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
C.Ketinggian
Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Morfologis
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari
subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan
tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung.Teosinte berasal dari
Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.
a. Sistem
Perakaran
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait
atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan
embrio Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara
berurutan dan terus ke atas
antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah.Akar kait atau penyangga
adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
b. Batang
dan Daun
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang
(pith).
Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisidaun (sudut daun)
terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant).
c. Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol,muncul
dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordial stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan
d. Tongkol
dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10- 16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap.
Berdasarkan penampilan dan teksturnya biji jagung
dibagi menjadi 6 tipe yaitu biji mutiara (flint corn),biji gigi kuda (dent corn),biji setengah mutiara,biji setengah gigi kuda,biji manis (sweet corn),biji berondong (pop corn)
Umur Panen
Ciri-ciri:
1. Umur
panen adalah 86-96 hari setelah tanam
2.
Jagung siap dipanen dengan tongkol atau
kelobot mulai mengering yang ditandai
dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
3.
Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila
ditekan tidak membekas.
Kandungan Zat Gizi / Manfaat
Biji
jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian
besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak
berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai
bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih
banyak. Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang
digunakan dalam praktikum perkecambahan jagung adalah:
v
Benih
jagung putih
v Media tumbuh tanaman
berupa tanah humus
Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal sebagai
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam
tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman. Secara kimia, humus didefinisikan sebagai suatu
kompleks organic makromolekular yang mengandung banyak
kandungan seperti fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
kebertahanan dan kesuburan tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman dan
akan berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dengan sangat memuaskan
terutama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan kapasitas
kandungan air tanah, membantu dalam
menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah,
menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisipestisida atau
senyawa-senyawa organik toksik. Dengan demikian sudah selayaknya
pupuk-pupuk organik yang kaya akan humus ini menggantikan peran dari
pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah.
v Larutan air garam
v Air
v Poly bag besar 3 buah
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum perkecambahan jagung adalah:
v Alat penyiram.
v Alat tulis berupa pen
dan penggaris
B. Waktu dan tempat
Waktu praktikum perkecambahan tanaman
jagung adalah pada tanggal 08 Mei – 23
Mei bertempat di desa Lok
Bangkai.
C. Prosuder kerja
v Menyeleksi benih
jagung dengan cara melakukan perendaman dengan larutan air garam, kemudian
pilih lebih dari 30 benih jagung yang tenggelam pada larutan garam tadi.
v Merendam 30 lebih
dari benih tadi kedalam air selama 6 jam.
v Menyiapkan
media
tumbuh berupa polybag yang telah
diisi dengan tanah humus untuk mengecambahkan biji jagung, dan tiap polybag diisi dengan 10 benih jagung
pada tiga jenis perlakuan.
v Perlakuan
A:
Meletakan
pada tempat yang terang.
Perlakuan
B:
Meletakan
pada tempat yang gelap.
Perlakuan
C:
Meletakan
di bawah naungan
v Melakukan
pemeliharaan dan penyiraman kecambah pada tiga jenis perlakuan tersebut di atas pada pagi dan sore hari selama 15 hari.
v Mencatat
dari hasil pengamatan pada table.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Data
Benih yang Tumbuh sampai dengan hari ke-15
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
||||||||||||||
Perlakuan A:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
Biji 1
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 2
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 3
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 4
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 5
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 6
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 7
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 8
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 9
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 10
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Tumbuh
|
-
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan B:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 2
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 3
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 4
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 5
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 6
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 7
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 8
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 9
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 10
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Tumbuh
|
-
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan C:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 2
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 3
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 4
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 5
|
-
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 6
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 7
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 8
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 9
|
-
|
-
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
Biji 10
|
-
|
+
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Tumbuh
|
-
|
8
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 2. Data
Tinggi Benih (cm)
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan A:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
3
|
7
|
11
|
20
|
27
|
31
|
35
|
39
|
Biji 2
|
-
|
-
|
3
|
6
|
8
|
9
|
15
|
19
|
32
|
36
|
Biji 3
|
-
|
-
|
6
|
9
|
14,5
|
18
|
24
|
30
|
34
|
37,5
|
Biji 4
|
-
|
-
|
3
|
6
|
7,5
|
13
|
18,5
|
24
|
29
|
34
|
Biji 5
|
-
|
-
|
6
|
12
|
16
|
18
|
23
|
29
|
34
|
38
|
Biji 6
|
-
|
-
|
4
|
8,5
|
13
|
19
|
23
|
29
|
34
|
39
|
Biji 7
|
-
|
-
|
6
|
11
|
18
|
21
|
24
|
29
|
34
|
38
|
Biji 8
|
-
|
-
|
5
|
9
|
15
|
19
|
23
|
28
|
33
|
38
|
Biji 9
|
-
|
-
|
2
|
7
|
13
|
18
|
24
|
29
|
35
|
38,5
|
Biji 10
|
-
|
-
|
4
|
9
|
15
|
20
|
24
|
29
|
34
|
38
|
Rata-rata tinggi
|
-
|
-
|
4, 2
|
8,4
|
12,6
|
18,1
|
23,1
|
28,2
|
33,4
|
37,6
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan B:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
8
|
14
|
19
|
27
|
31
|
36
|
41
|
46
|
Biji 2
|
-
|
-
|
9
|
14
|
19
|
27
|
33
|
40
|
45
|
48
|
Biji 3
|
-
|
-
|
4
|
7
|
13,5
|
20
|
26
|
30
|
36
|
40
|
Biji 4
|
-
|
-
|
8
|
14
|
21
|
29
|
33
|
40
|
44
|
49
|
Biji 5
|
-
|
-
|
9
|
14,5
|
23
|
31
|
36
|
40
|
45
|
49
|
Biji 6
|
-
|
-
|
7
|
12
|
16
|
25
|
31
|
35
|
38
|
43
|
Biji 7
|
-
|
-
|
8
|
14
|
21
|
30
|
35
|
39
|
43
|
47
|
Biji 8
|
-
|
-
|
5,5
|
12
|
17
|
26
|
32,5
|
37
|
41
|
44
|
Biji 9
|
-
|
-
|
7
|
13
|
19
|
24
|
30
|
38
|
41
|
45
|
Biji 10
|
-
|
-
|
6,5
|
11,5
|
20
|
26
|
32,5
|
41
|
46
|
49
|
Rata-rata tinggi
|
-
|
-
|
7,2
|
12,6
|
18,85
|
26,5
|
32
|
37,6
|
42.0
|
46,0
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan C:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
2
|
6
|
8
|
9
|
15
|
18
|
24
|
28
|
Biji 2
|
-
|
-
|
7
|
14
|
18
|
25
|
30,5
|
33,5
|
37
|
41
|
Biji 3
|
-
|
-
|
6,5
|
12
|
16
|
22
|
29
|
33
|
35
|
39
|
Biji 4
|
-
|
-
|
5
|
11
|
10
|
15
|
22
|
27
|
31
|
36
|
Biji 5
|
-
|
-
|
2
|
7,5
|
16
|
26
|
31
|
35
|
39
|
43
|
Biji 6
|
-
|
-
|
8
|
14,5
|
21
|
28
|
32,5
|
37
|
40
|
43
|
Biji 7
|
-
|
-
|
4
|
10,5
|
19
|
28
|
32
|
37
|
40
|
44
|
Biji 8
|
-
|
-
|
4
|
10,5
|
17
|
26
|
31
|
35
|
41
|
45
|
Biji 9
|
-
|
-
|
5
|
11
|
17
|
23,5
|
29,5
|
34,5
|
39
|
43
|
Biji 10
|
-
|
-
|
5
|
11
|
16
|
24
|
30
|
35
|
40
|
43
|
Rata-rata tinggi
|
-
|
-
|
4,85
|
10,8
|
15,8
|
22,65
|
28,25
|
32,5
|
36,6
|
40,5
|
Tabel 3. Data
Jumlah Daun (Helai)
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan A:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 2
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 3
|
-
|
-
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
Biji 4
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
Biji 5
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 6
|
-
|
-
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 7
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
Biji 8
|
-
|
-
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
Biji 9
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 10
|
-
|
-
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan B:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
Biji 2
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 3
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 4
|
-
|
-
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
Biji 5
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 6
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 7
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 8
|
-
|
-
|
1
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 9
|
-
|
-
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
Biji 10
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
Jenis Perlakuan
|
Hari ke-
|
|||||||||
Perlakuan C:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Biji 1
|
-
|
-
|
1
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 2
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 3
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
Biji 4
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
Biji 5
|
-
|
-
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 6
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
Biji 7
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 8
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 9
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Biji 10
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
B.
Pembahasan
Secara umum jagung mempunyai pola
pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah
daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke
dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang
ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama;
(2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking),
fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase
reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit
biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air
benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999).
Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses
imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan
respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati,
lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil,
gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang
tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp,
kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat
akar seminal lateral juga muncul. Pada waktuyang sama atau sesaat kemudian plumule
tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan
penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul
ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari
koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Benih jagung umumnya ditanam pada
kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 2-3
hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah
ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang kurang optimal, tahap pemunculan
berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau
lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya
tumbuh benih rendah yang jika kondisi dan faktor yang mempengaruhi
perkecambahan dan pertumbuhan tidak optimal akibatnya tanaman yang terlambat
tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang
tumbuh lebih awal dan seragam.
Pada praktikum ini juga dapat
dideskripsikan bahwa hal yang terpenting dalam membantu proses perkecambahan
jagung adalah pematahan dormansi benih dengan perlakuan perendaman benih
terlebih dahulu ± selama 1 x 24 jam. Dikatakan oleh penjual benih, jika tidak
dilakukan perendaman terlebih dahulu, maka proses perkecambahan akan lebih
lama, sedangkan benih yang digunakan bukan varietas unggul sehingga akan rentan
terhadap serangan penyakit selama menunggu kecambah muncul dalam bentuk plumul.
Tipe perkecambahan benih jagung ini
tergolong ke dalam tipe hipogeal (hypogeous), di mana munculnya radikel diikuti
dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah,
sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
Proses perkecambahan juga memiliki
faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Tingkat kemasakan benih
Benih yang memiliki tingkat kemasakan yang
optimal akan menghasilkan kecambah yang maksimal, sedangkan benih yang belum
mencapai tingkat kemasakan fisiologis yang matang tidak akan mempunyai
viabilitas yang tinggi.
Jika dilhat dari kecepatan perkecambahan
dan persentase perkecambahan yang dilakukan praktikan, maka dapat disimpulkan
bahwa benih yang digunakan cukup baik tingkat kemasakannya.
2.
Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpan cadangan
makanan terdapat karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan
ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingakan dengan benih yang kecil, dan
kemungkinan pula embrionya juga lebih besar.
Oleh karena itu biji jagung yang dipilih
praktikan dalam praktik ini pun juga biji-biji yang berkuran lebih besar dari
semua biji yang tersedia. Mengenai pengaruh ukuran benih terhadap besarnya
kecambah ini sesuai dengan pendapat Kuroiwa (1960; dalam Soetono, 1975) yang
menyatakan bahwa dari benih yang lebih besar/berat biasanya dihasilkan kecambah
tanaman yang lebih besar.
3.
Dormansi
Dormansi dapat disebabakan oleh berbagai
faktor antara lain: impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas
ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang
rudimenter, ”after ripening”, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat
perkecambahan.
Tetapi dengan perlakuan yang dilakukan
paraktikan yaitu dengan melakukan perendaman biji di dalam air maka benih
jagung yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah lebih cepat.
4.
Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat
menghambat perkecambahan benih seperti Auxin dan bahan-bahan yang terkandung
dalam biji/buah itu sendiri. Tetapi mengingat setelah dilakukan pematahan
dormansi benih yang berkecambah cukup cepat dan persentasenya pun hampir 100%
pada hari ke dua setelah tanam maka kemungkinan untuk faktor penghambat
perkecambahan dalam biji yang digunakan tidak ada atau sangat rendah.
Faktor luar yang mempengaruhi
perkecambahan suatu benih antara lain adalah:
1.
Air
Air merupakan salah satu syarat penting
bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang
mempengaruhi peyerapan air oleh benih adalah: (a). Sifat dari benih itu
sendiri, terutama kulit pelindungnya, dan (b). Jumlah air yang tersedia pada
medium di sekitarnya.
Jagung merupakan benih yang berkecambah
pada kandungan air tanah dari titik layu permanen (atau sedikit di atasnya)
sampai batas kapasitas lapangan.
2.
Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting bagi
perkecambahan benih. Jagung merupakan tanaman yang benihnya hanya akan
berkecambah pada temperatur yang relatif tinggi, yakni dengan suhu optimum
berkisar antara 23 º C - 27 º C.
3.
Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk
perkecambahannya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Tempat penanaman
jagung seharusnya mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh naungan
apalagi tempat tumbuh yang tidak mendapatkan cahaya sama sekali.
4.
Oksigen
Oksigen diperlukan tanaman dalam proses
fotosintesis dan respirasi, jika oksigen tidak tersedia maka tentu saja
perkecambahan tidak akan berlangsung dengan maksimal.
5.
Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih
haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan
air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan.
Selain medium, tingkat kedalaman penanaman
benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih, dalam hal ini praktikan
menamam biji jagung sesuai dengan aturan teknik budidayanya yaitu 2–3 cm.
Untuk
membuktikan berpengaruh tidaknya faktor-faktor di atas terhadap perkecambahan
benih bisa dilakukan dengan melakukan perhitungan kecepatan berkecambah benih
dan persentase perkecambahannya. Perhitungan ini dilakukan untuk benih dengan
hasil terbaik menurut pengamatan praktikan, yakni perlakuan A (meletakkan
tempat tumbuh pada tempat yang terang (teras rumah, tetapi tidak memiliki
penghalang cahaya).
Seperti
yang sudah diketahui bahwa ada tiga parameter yang sangat menetukan
keberhasilan suatu perkecambahan, yaitu:
a.
Kecepatan perkecambahan
b.
Persentase perkecambahan
c.
Nilai perkecambahan
Pada
praktikum kali ini didapatkan hasil sebagai berikut:
1.
Kecepatan Perkecambahan
Di mana
semakin cepat suatu benih berkecambah, maka semakin cepat pula benih tersebut
terbebas dari kondisi dan faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Kecepatan
berkecambah merupakan berapa hari yang diperlukan benih untuk berkecambah.
Perhitungan
kecepatan perkecambahan terhadap perlakuan yang dianggap terbaik (perlakuan A)
adalah:
Kecepatan perkecambahan = N1T1 + N2T2 + ........ + N10T10
Σ
Benih berkecambah
Keterangan:
N : banyaknya benih yang berkecambah pada hari tertentu
T : jumlah waktu yang diperlukan untuk berkecambah suatu
benih (jumlah waktu antara awal pengamatan
sampai
akhir interval tertentu dengan pengamatan
perkecambahan).
Tanggal 9 = menanam
Tanggal 11 = tumbuh 10
Maka ”Rata-rata Hari” = 10.2
10
= 20
: 10
= 2 hari
2.
Persentase Perkecambahan
Bila
persentase perkecambahan tinggi, maka peluang untuk menjadi tanaman adalah
lebih besar, dan sebaliknya. Perhitungan persentase perkecambahan terhadap
perlakuan yang dianggap terbaik (perlakuan A) adalah:
% = Σ yang tumbuh
Σ yang ditanam
Jumlah yang ditanam = 10
Tanggal 9 = menanam
Tanggal 11 =
tumbuh 10
= 100 %
(dari 10/10
x 100%
atau 1
x 100% = 100%)
Berdasarkan analisa secara keselurahan,
alasan praktikan menetapkan perlakuan A
sebagai perlakukan terbaik dari tiga jenis perlakuan disebabkan karena
selain kecepatan berkecambah dan persentase perkecambahannya ”sempurna” juga
disebabkan karena penampakan secara fisik kecambah yang tumbuh dalam kondisi
bagus, yakni tanaman tampak segar, batang lebih besar, daun lebih banyak dan
hijau dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada perlakuan C apalagi terhadap
perlakuan B.
Tanaman yang tumbuh pada perlakuan C
memang lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang tumbuh pada perlakuan A,
tetapi kondisi fisik tanaman terlihat kurang subur dan kurus, daunnya pun tidak
sehijau dan selebar daun tanaman pada perlakuan A. Sedangkan tanaman pada
perlakuan B memang tumbuh jauh lebih tinggi dibanding tanaman pada perlakuan A dan perlakuan C, tetapi
kenampakan fisik tanaman sangat jauh dari istilah ”subur”, tanaman pada
perlakuan B sangat kurus, daun sangat kuning bahkan hampir putih dan batangnya
pun tidak kuat/rebah atau disebut dengan etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan
yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, dengan kecambah berwarna
pucat serta lemah.
Jika dilihat dari semua faktor
pemeliharaan, maka semua perlakuan mendapatkan pemeliharaan yang sama persis,
jadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan kenampakan fisik
tanaman tersebut adalah ”cahaya”.
Cahaya merupakan sumber energi dalam
fotosintesis. Tanpa cahaya, tumbuhan tidak akan mampu berfotosintesis dengan
baik dan menyebabkan tumbuhan terganggu pertumbuhannya. Cahaya juga merupakan
faktor penghambat pertumbuhan. Hormon auksin menjadi tidak aktif ketika ada
cahaya. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang ditanam di tempat terkena cahaya
matahari menjadi lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam di tempat
gelap. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menyebabkan gejala
etiolasi di mana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan
berwarna kuning pucat. Selain itu cahaya juga mempengaruhi arah tumbuh
tumbuhan. Peristiwa ini dikenal sebagai fototropisme. Tumbuhan akan
tumbuh mengikuti arah datangnya cahaya. Hal ini ada kaitannya dengan kerja
hormon auksin.
Hubungan antara pengaruh cahaya dan
perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal dengan
”Phytochrome”, yang tersusun dari chromophore dan protein, di mana chromophore
adalah bagian yang peka terhadap cahaya.
Selain cahaya maka faktor yang kemungkinan
memmicu perbedaan fisik antar tanaman tersebut adalah ”oksigen”, dalam
perkecambahan terjadi proses respirasi dan akan terus berlangsung selama benih
masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses rspirasi akan meningkat
disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akibat
diletakkannya tempat tumbuh bagi biji dengan perlakuan B di dalam kardus
tertutup rapat tentu saja akan mengakibatkan pertumbuhannya menjadi tidak
normal, sebab proses respirasi dan fotosintesis juga berlangsung tidak dalam
kondisi optimal.
Untuk itulah mengapa ilmu teknologi benih
sangat penting untuk dipelajari oleh seorang mahasiswa pertanian khususnya dan
para pelaku usahatani pada umumnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian/praktikum
dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.
Proses perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan
muda ini dikenal sebagai kecambah. Fase perkecambahan
dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, kemudian terjadinya
kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih dan
terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein
menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Setelah itu
dihasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel
baru. Dan, terjadilah proses pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
2.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2
yaitu: (1). Faktor dalam: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan
penghambat perkecambahan. (2). Faktor luar meliputi: air, temperatur, oksigen,
cahaya, dan medium.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian/praktikum
yang telah diperoleh maka disarankan:
1.
Dalam menanam atau mengecambahkan benih jagung
sebaiknya tempat tumbuh/media tanam mendapatkan cahaya penuh dalam jumlah yang
cukup artinya tidak terlindungi atau terhalang dari cahaya.
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Tanaman dengan 3
jenis perlakuan yang berbeda, namun hampir tumbuh serentak pada hari ke 2
setelah tanam.
Perlakuan
B tanaman mengalami etiolasi, Perlakuan A tanaman subur, Perlakuan C tanaman
cukup subur tetapi perkecambahan tidak serentak.
DAFTAR PUSTAKA
Sutopo, Lita.
________. Teknologi Benih. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: _________.
Http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mn=2&id=303_diakses pada 09 Januari 2010.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Perkecambahan_diakses pada 09 Januari 2010
Http://www.iptek.net.id/ind/?ch=jsti&id=15_diakses pada 09 Januari 2010
Http://www.idionline.org/_05_infodk_obattrad8.htm_diakses pada 09 Januari 2010.
Http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=292_diakses pada 09 Januari 2010
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)