Tuesday, 16 April 2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang karena taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Penelitian sebagai
Proses Penelitian “ dengan baik. Meskipun terdapat kendala-kendala didalamnya.
Tak
lupa pula shalawat salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad Saw, karena beliau telah membawa kita dari alam yang gelap gulita
menuju alam yang terang benderang.
Dalam
penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah tersebut. Oleh karena itu, kami meminta maaf jika terdapat kesalahan
yanaga sengaja atau tidak sengaja. Dan kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk penulisan selanjutnya.
Semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Amuntai,
November 2012
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penelitian adalah suatu kegiatan mengaji secara teliti dan teratur
dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut ialah
metode. Mengaji ialah suatu usaha memperoleh atau menambah pengetahuan. Jadi,
meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan kepahaman tentang sesuatu.
Ada kegiatan yang disebut penyelidikan, yaitu mencari fakta secara
teliti dan teratur menurut suatu kaidah tertentu untuk menjawab suatu
pertanyaan. Jadi, menyelidik dikerjakan untuk menjelaskan sesuatu.
Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ?
2) Bagaimana pilar – pilar ilmu pengetahuan ?
3) Bagaimana tahap – tahap penelitian ?
4) Apa saja komponen informasi dalam penelitian
ilmiah ?
5) Bagaimana penelitian sebagai proses ilmiah ?
Tujuan
1)
Menjelaskan
arti ilmu pengetaahuan.
2)
Menjelaskan
pilar-pilar ilmu pengetahuan.
3)
Mmenyebutkan
tahap-tahap penelitian.
4)
Menyebutkan
komponen informasi dalam penelitian ilmiah.
5)
Menjelaskan
penelitian sebagai proses ilmiah.
BAB
2
PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH
A.
Pilar-pilar Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan terdiri dari dua pilar, yaitu logika atau rasionalitas dan
pengamatan atau empiris, yang prosesnya itu dilakukan secara deduksi dan
induksi, sistematis, terkendali, empiris, dan kritis. Ciri dari suatu ilmu
adalah Science is sometimes characterized as logico-emprical. This
ugly term carries an important massage: two pillars of science are (1) logic or
rationality and (2) the observation of empirical facts (Babbie,
1992). Menurut Babbie, ilmu pengetahuan berdiri di atas dua
pilar. Pilar pertama adalah logika atau rasionalitas, dan pilar kedua adalah
pengamatan empiris. Oleh karenanya ciri ilmu pengetahuan adalah logic-empirical.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap
valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika. Logika dapat
didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Dalam
penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah dikenal dua
jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara
ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif
adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang sifatnya umum
menjadi sebuah kesimpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat individual atau
khusus. Logika merupakan salah satu dasar atau landasan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan. Melalui kedua metode penalaran yang dikembangkan dalam metode
ilmiah tersebut ilmu pengetahuan berkembang hingga sekarang ini. Fakta-fakta
ilmiah yang telah terkumpul dijadikan landasan dan acuan guna mengembangkan
pengetahuan baru berdasarkan fakta-fakta ilmiah sebelumnya. Hal ini begitu
penting dan menjadi perhatian bahwa dalam menyusun sebuah karya ilmiah fakta
ilmiah yang dijadikan landasan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Dalam
membuat hipotesis mengenai sesuatu yang kita kaji landasan fakta ilmiah
memberikan arah yang memudahkan kita dalam mencapainya. Sedangkan kebenaran
hipotesis yang kita buat dibuktikan menurut fakta empiris yang kita peroleh.
Ilmu pengetahuan sulit berkembang tanpa landasan fakta ilmiah, sebagaimana yang
terjadi di abad pertengahan yang di sebut sebagai The Dark Age karena
berbagai hal terutama masalah rasial dan sikap tertutup terhadap fakta ilmiah.
Logika dan empiris merupakan dua
pilar ilmu pengetahuan yang saling berhubungan. Jika terdapat suatu teori ilmu
pengetahuan, maka pikiran kita berantisipasi pada kenyataan-kenyataan empiris
di lapangan. Dengan kata lain, cara berpikir kita tidak verbal, tetapi
praktis-deduktif. Sebaliknya, apabila kita berhadapan dengan
peristiwa-peristiwa faktual dalam dunia empiris, maka pikiran kita tidak
berhenti pada masalah-masalah praktis, tetapi terarah pada teori-teori yang
pernah kita pelajari. Cara berpikir kita adalah teoritis-induktif. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan timbal balik antara teori dan peristiwa-peristiwa empiris. Ilmu
pengetahuan modern saat ini dibangun atas dasar dua pilar, pertama berdasarkan
fakta ilmiah, dan kedua berdasarkan dugaan (hypothesa). Dapat dikatakan
kebanyakan ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan fakta ilmiah
berkesesuaian dengan Al-Quran, meskipun tidak seluruhnya. Contohnya fakta
ilmiah menyebutkan bahwa manusia mendirikan atap harus menggunakan tiang. Sedangkan
ilmu pengetahuan yang dibangun atas dasar dugaan hampir seluruhnya bertentangan
dengan Al-Quran. Contohnya tentang 2 hal yang telah disebutkan tadi, yaitu
tentang asal usul manusia dan penciptaan alam semesta. Ilmu pengetahuan
mengatakan bahwa asal usul manusia, sebagaimana yang diterangkan dalam teori
evolusi Darwin, adalah berasal dari sejenis primata.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat
dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia bertanya
untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah pasti
memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur
tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau
melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal,
terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia
yaitu:
(1) logika yang dapat membedakan antara benar
dan salah;
(2) etika yang dapat membedakan antara baik dan
buruk; serta
(3) estetika yang dapat membedakan antara indah
dan jelek.
Kepekaan
indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan
tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki
manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu
adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu.
Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi
dan korespondensi.
Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan
dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan
sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau
berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan
dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita.
Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak
dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara
rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana
ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk
mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara
berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan
fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak
definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing. Penelitian
dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah
berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa
penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses
pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data
menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa
penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian
merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika
berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana,
2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan,
pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau
kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta
yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian
menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan
cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari
oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah
adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni
pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh
pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran
maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya
secara empirik (berdasarkan fakta). Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah,
penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya.
Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan
penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1. Rasional: penyelidikan
ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris: menggunakan
cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca
indera manusia.
3. Sistematis: menggunakan
proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran
logis, tetapi menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara
seperti ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun
keilmuan tertentu. Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika
mengikuti cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya
unsur kesengajaan bukan secara kebetulan.
B.
Tahapan Proses Penelitian
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan
secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang
harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah
yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat
pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar
serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan
teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini
merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya
penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang
jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2.
Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai
jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang
mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai
menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh
asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan
hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0
bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua
penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3.
Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis
karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam
kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan
dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka
berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan
membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4.
Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana
data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat
strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan
sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi
penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya
dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus.
Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada
sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya
sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan
menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian
sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan
deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel
tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan
sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis)
secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5.
Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang
berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang
digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar
kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian
hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai
dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat
dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel
penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut
kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya
wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara
disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan
dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data
primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah
dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga
identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus
disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing
(penyuntingan), coding (pemberian kode), dan menyusunnya dalam master
sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan
diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan
penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi
atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta
yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk
membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala
dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat
dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8.
Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu
analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif
dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk
mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan
alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9.
Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah
analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat
analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu
variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis
mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila
mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10.
Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis
diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu
dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut
terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai
berikut :
1.
Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti.
Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki
permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti
mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas
sehingga mudah dimengerti.
2.
Mendesain model penelitian dan paramater penelitian.
Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti
mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter
penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir
penelitian.
3.
Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian.
Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yang sesuai
dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat
perekam data yang sangat penting di lapangan.
4.
Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5.
Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
Data yang dikumpulkan
dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang
diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6.
Mendesain laporan hasil penelitian.
Pada tahap akhir,
agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat
luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil
penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif
dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1.
Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2.
Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis
data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau
yang diangkakan.
4. Teknik
pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang relatif singkat.
5.
Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat
dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan
menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1.
Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus
dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who,
when dan how)
2. Studi
Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga
diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3.
Memformulasikan hipotesis yang diajukan
4.
Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan
setelah terdapat asumsi-asumsi
5.
Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan
terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6.
Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang
sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7.
Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis
yang diajukan)
8.
Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9.
Membuat Laporan Akhir hasil penelitian
C. Komponen
Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian
terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau
proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam
komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi
sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap
penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen
metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran,
sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan
mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan
hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi
logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil
pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap
hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran
variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah
hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh
informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis
berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan
dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan
denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi
empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep,
proposisi, dan teori.
D.
Penelitian
sebagai Proses Ilmiah
Penelitian sebagai upaya
untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang
dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi
terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode
ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan
penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila
suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut
harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan
fakta).
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat
dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran
yaitu koherensi dan korespondensi.
Logika dan empiris merupakan dua
pilar ilmu pengetahuan yang saling berhubungan. Jika terdapat suatu teori ilmu
pengetahuan, maka pikiran kita berantisipasi pada kenyataan-kenyataan empiris
di lapangan.
Penelitian sebagai proses deduksi
dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali.
Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian
empiris.
Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian,
yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Saran
Dalam melakukan suatu penelitian,
hendaknya dengan teliti agar hasilnya baik dan dapat dibuktikan kebenarannya.
1 Comment:
-
- elizh.sweet@yahoo.co.id said...
27 September 2013 at 04:50kenapa sama skali tdk ada jwbnx di sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)