Tuesday, 24 September 2013

BIOTEKNOLOGI DN PENYAKIT TUMBUHAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cepat memberikan pengaruh pada pola kehidupan manusia. Bagaimanapun tidak dapat dipungkiri bahwasanya sebagian besar aspek kehidupan manusia telah memanfaatkan teknologi. Bioteknologi adalah salah satu jenis teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini. Bioteknologi menjadi salah satu kebutuhan bagi kehidupan manusia dan memberikan manfaat yang sangat besar.
Salah satu manfaat dari bioteknologi yang dapat dirasakan oleh manusia adalah penggunaan bioteknologi dalam industri pangan. Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh sederhana, di bidang industri pangan adalah pembuatan roti, bir, tempe dan keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Bioteknologi saat ini semakin berkembang dan bervariasi. Hal ini merupakan sebuah potensi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi manusia.
Namun demikian, banyaknya penggunaan hasil-hasil bioteknologi belum diimbangi dengan pengetahuan masyarakat tentang pengertian dari bioteknologi. Jadi masyarakat hanya memanfaatkan hasil-hasil dari bioteknologi tanpa mengetahui secara pasti apa itu bioteknologi.Bergerak dari hal-hal tersebut di atas maka melalui makalah ini kami menyusun makalah dengan judul bioteknologi dan penyakit tanaman .






B.   Rumusan Masalah
1.      Banyak orang belum paham dengan bioteknologi khususnya pada bioteknologi tumbuhan.
2.      Apakah pengertian dari bioteknologi dan penyakit pada tanaman ,serta jenis-jenis bioteknologi dan penyakit pada tanaman  ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka kita dapat mengambil tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan pengertian bioteknologi dan penyakit tumbuhan.
2.      Mengetahui jenis-jenis bioteknologi dan penyakit tumbuhan.
3.      Mengetahui tentang bangaimana cara pengendalian penyakit pada tumbuhan.











BAB II
PEMBAHASAN BIOTEKNOLOGI
A.    Pengertian Bioteknologi
Sejak tahun 6000 SM orang-orang telah mengenal fermentasi pada bahan makanan misalnya untuk membuat bir. Namun bukti bahwa suatu fermentasi dilakukan oleh mikroorganisme baru diketahui setelah seorang melakukan penelitian yaitu Louis Pasteur pada tahun 1857-1876.
Revolusi bioteknologi yang maju diawali dengan penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953. Namun hal ini telah diramalkan oleh Alvin T. Pada tahum 1900. Alvin menyatakan bahwa di abad 20 sampai pada abad 21 ada empat teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia, yaitu : mikroeloktronika, teknologi energi alternatif, aeronautika, dan bioteknologi.
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003).
Dalam pengertian popular, bioteknologi dapat diartikan sebagai penerapan teknik-teknik yang sesuai untuk mendayagunakan organisme (sel, jaringan makhluk hidup) dalam rangka memperoleh hasil yang diinginkan. Bioteknologi dapat dikatakan juga sebagai penggunaan atau pengubahan sel-sel atau senyawa/molekul biologi untuk aplikasi khusus. Aspek dari bioteknologi yang menangani proses-proses yang melibatkan mikroorganisme disebut bioteknologi mikroba.
Secara umum Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Adapun secara ilmiah bioteknologi dapat didefenisikan sebagai pendekatan ilmiah interdisiplin ilmu untuk mendayagunakan mikroorganisme, tanaman dan hewan dalam rangka menghasilkan produk yang dapat berupa senyawa kimia. Juga bahkan dengan menghasilkan individu-individu dengan peta genetika baru dengan sifat unggul.
Sifat-sifat unggul yang dimaksud adalah produktifitasnya tinggi, mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim, dan tahan penyakit.Namun demikian, berkembangnya bioteknologi harus diimbangi dengan pelindungan dah pelestarian yang sesuai. Hal utama yang harus kita lakukan adalah melakukan konservasi secara konsisten dan berkesinambungan. Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan.
Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi adalah upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya, dengan berupaya untuk melindungi dan mengelola secara hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konservasi terhadap bioteknologi adalah melindungi dan melestarikan segala aktivitas yang berkaitan dengan proses pemanfaatan biologi atau organisme sehingga pelaksanaan bioteknologi dapat dilakukan dengan efisien dan terkontrol agar dampak yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
B.     Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi
Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto, 1998). Pemanfaatan mikroba untuk kepentingan manusia telah ada sejak zaman sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah mengalami tiga periode perkembangan bioteknologi, yaitu sebagai Berikut :
1.Periode bioteknologi tradisional ( sebelum abad ke-15 M ) Dalam periode ini telah ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi (6000 SM), mengembangkan roti dengan ragi (4000 SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztek (1500 SM).
2. Periode bioteknologi ilmiah ( abad ke-15 sampai ke-20 M) Periode ini ditandai dengan adanya beberapa peristiwa berikut ini :Tahun 1670 : Usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikroba di Rio Tinto, Spanyol.Tahun 1686 : Penemuan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia pertama yang dapat melihat mikroba.Tahun 1870 : Louis pasteur menemukan adanya mikroba dalam makanan dan minuman.Tahun 1890 : Alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
Tahun 1897 : Penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol oleh Eduard Buchner.Tahun 1912 : Pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.Tahun 1915 : Produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri.Tahun 1928 : Penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander FlemingTahun 1994 : Produksi besar-besaran penisilin.Tahun.1953 : Penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson .
3. Periode bioteknologi modern ( abad ke-20 M sampai sekarang)Periode ini diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong ADN pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan ADN lain ( dikenal dengan teknik ADN rekombinan).
Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, dilanjutkan dengan program bahan bakar alkohol dari brazil, teknologi hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal pada tahun 1976, diberikannya izin untuk memasarkan produk jamur yang dapat dikonsumsi manusia kepada Rank Hovis Mc. Dougall pada tahun 1980.Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982.
Insulin buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan Company. Hingga saat ini, penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk hidup.Bioteknologi memiliki gradien perkembangan teknologi, yang dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas dimanfaatkan, hingga teknik-teknik bioteknologi baru dan secara terus menerus berevolusi.
C.    Ciri – ciri Bioteknologi
1.      Adanya agen bioteknologi berupa mikroorganisme, tumbuhan atau hewan.
2.      Adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri.
3.      Produk yang dihasilkan berupa hasil ekstrasi dan pemurnian.

D.    Jenis-jenis Bioteknologi
Berdasarkan periode panggunaannya.
 Ada dua jenis bioteknologi yakni bioteknologi lama atau bioteknologi konvensional dan bioteknologi baru atau bioteknologi modern. Perbedaan dari dua jenis bioteknologi dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.      Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi lama atau lazim disebut dengan bioteknologi konvesional adalah bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai bahan untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan melalui proses kimiawi, respirasi dan fermentasi.
Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup / mikroorganisme secara langsung terhadap bahan baku dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Contoh dari bioteknologi konvensional dalam industri pengolahan bahan makanan antara lain:
- Pengolahan produk susu
Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.
- Produk makanan nonsusu
yaitu pembuatan kecap,pembuatan tempe, dan pembuatan tape.
2.      Bioteknologi Modern
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien.Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi mungkin besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. Beberapa penerapan bioteknologi modern sebagai berikut:


- Rekayasa genetika
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkomendasikan.
Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun. Untuk mengubah DNA sel dapat dilakukan melalui banyakcara, misalnya melalui transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid,dan rekombinasi DNA.Prosedur rekayasa genetika secara umum meliputi:
1. Isolasi gen.
2. Memodifikasi gen sehingga fungsi biologisnya lebih baik.
3. Mentrasfer gen tersebut ke organisme baru.
4. Membentuk produk organisme transgenik.
a. Transplantasi inti
Transplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke sel yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat yang sesuai dengan inti yang diterimanya. Transplantasi inti pernah dilakukan terhadap sel katak. Inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak yang bersifat diploid. Inti sel tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti, sehingga terbentuk ovum dengan inti diploid.
Setelah diberi inti baru, ovum membelah secara mitosis berkali-kali sehingga terbentuklah morula yang berkembang menjadi blastula. Blastula tersebut selanjutnya dipotong-potong menjadi banyak sel dan diambil intinya. Kemudian inti-inti tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti yang lain. Pada akhirnya terbentuk ovum berinti diploid dalam jumlah banyak. Masing-masing ovum akan berkembang menjadi individu baru dengan sifat dan jenis kelamin yang sama.
b. Fusi sel
Fusi sel adalah peleburan dua sel baik dari spesies yang sama maupun berbeda supaya terbentuk sel bastar atau hibridoma. Fusi sel diawali oleh pelebaran membran dua sel serta diikuti oleh peleburan sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami). Manfaat fusi sel, antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. Di dalam fusi sel diperlukan adanya:
1) Sel sumber gen (sumber sifat ideal)
2) Sel wadah (sel yang mampu membelah cepat)
3) Fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel).
c. Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA-DNA dari sumber yang berbeda. Dengan teknologi ini, DNA dari jenis yang berbeda dipotong, disambung kembali, disiapkan ke dalam bakteri atau sel macam lain yang dapat mereplikasi DNA-nya dan DNA asing, kemudian membagi diri.
Dengan demikian, populasi bakteri (atau sel jenis lain) yang besar dapat menghasilkan molekul-molekul DNA rekombinan dalam kuantitas besar yang bermanfaat untuk manusia. Teknologi DNA rekombinan muncul karena yang semakin luas dan mendalam mengenai proses molekuler dari bakteri. Setiap sel bakteri memiliki DNA berbentuk sirkular dengan semua gen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi.
d. Teknologi plasmidPlasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam sel bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Banyak bakteri juga memiliki plasmid, yaitu berupa molekul DNA ekstra berbentuk sirkular dan berukuran kecil dengan hanya beberapa gen.
Plasmid memiliki kemampuan untuk mengkopi dirinya sendiri tanpa bergantung pada replikasi DNA sel bakteri. Kadang-kadang plasmid dapat dipindahkan dari suatu bakteri ke bakteri lainnya. Ada pula yang mampu terintegrasi ke dalam kromosom dari organism lain, sehingga replikasinya berada dibawah pengawasan kromosom organism yang bersangkutan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat plasmid, antara lain:
a) Merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu
b) Dapat beraplikasi diri
c) Dapat berpindah ke sel bakteri lain
d) Sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan plasmid induk.
Karena sifat-sifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai vektor atau pemindah gen ke dalam sel target.
e. Kloning gen
Kloning gen adalah teknik dasar dari sebagian besar rekayasa genetika, dan tujuannya adalah untuk mengisolasi sejumlah gen khusus yang murni. Umumnya ini dilakukan di dalam bakteri dan menggunakan vektor kloning, antara lain suatu plasmid atau suatu virus bakteri (bakteriofag) .Kloning gen dapat dibagi ke dalam beberapa langkah, yaitu:
      1)            Mengisolasi dan memfragmentasi DNA sumber/awal. DNA umumnya dipotong dengan enzim restriksi, sehingga dihasilkan fragmen-fragmen atau potongan DNA.
      2)            Menyambungkan fragmen restriksi tersebut kepada suatu vektor kloning dengan menggunakan enzim DNA ligase. Vektor kloning adalah elemen genetik yang digunakan untuk mereplikasi gen, misal plasmid.
      3)            Menginkorporasi vektor kloning yang mengandung fragmen DNA tersebut ke dalam suatu inang. DNA rekombinan dapat diinkorporasi ke dalam inang melalui teknik transformasi, atau menggunakan virus bakteri (bakteriofag)
      4)            Mendeteksi dan memurnikan klon yang diinginkan.
      5)            Menghasilkan sejumlah besar sel atau bakteriofag yang mengandung klon yang diinginkan. Klon kemudian diisolasi dan dilakukan penelitian DNA klon.
Bioteknologi juga memiliki beberapa jenis atau cabang ilmu yang beberapa diantaranya diasosikan dengan warna, yaitu:
-          Bioteknologi merah (red biotechnology) Adalah cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioeknologi di bidang medis. Cakupannya meliputi seluruh spektrum pengobatan manusia, mulai dari tahap preventif, diagnosis, dan pengobatan.
-          Contoh penerapannya adalah pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin, penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati penyakit genetik dengan cara menyisipkan atau menggantikan gen abnomal dengan gen yang normal.

-          Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) Adalah bioteknologi yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbarukan. Dengan memanipulasi mikroorganisme seperti bakteri dan khamir/ragi, enzim-enzim juga organisme-organisme yang lebih baik telah tercipta untuk memudahkan proses produksi dan pengolahan limbah industri.     

Pelindian (bleaching) minyak dan mineral dari tanah untuk meningkakan efisiensi pertambangan, dan pembuatan bir dengan khamir.

-          Bioteknologi hijau (green biotechnology) Mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang pertanian dan peternakan. Di bidang pertanian, bioteknoogi telah berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau senyawa yang bermanfaat.

Sementara itu, di bidang peternakan, binatang-binatang telah digunakan sebagai "bioreaktor" untuk menghasilkan produk penting contohnya kambing, sapi, domba, dan ayam telah digunakan sebagai penghasil antibodi-protein protektif yang membantu sel tubuh mengenali dan melawan senyawa asing (antigen).

-          Bioteknologi biru (blue biotechnology) Disebut juga bioteknologi akuatik/perairan yang mengendalikan proses-proses yang terjadi di lingkungan akuatik. Salah satu contoh yang paling tua adalah akuakultura, menumbuhkan ikan bersirip atau kerang-kerangan dalam kondisi terkontrol sebagai sumber makanan, (diperkirakan 30% ikan yang dikonsumsi di seluruh dunia dihasilkan oleh akuakultura).

Perkembangan bioteknologi akuatik termasuk rekayasa genetika untuk menghasilkan tiram tahan penyakit dan vaksin untuk melawan virus yang menyerang salmon dan ikan yang lain. Contoh lainnya adalah salmon transgenik yang memiliki hormon pertumbuhan secara berlebihan sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan sangat tinggi dalam waktu singkat.

E.     Macam – macam Bioteknologi
 bioteknologi molekuler memberikan dampak yang besar terhadap kemajuan berbagai cabang ilmu termasuk pemuliaan tanaman (plant breeding). Tidak dipungkiri lagi bahwa dengan adanya bioteknologi telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia. Banyak bioteknologi yang telah dikembangkan pada saat ini. Adapun bioteknologi yang telah dikembangan pada tanaman diantaranya yaitu :
1.      Kultur Jaringan
Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Totipotensi merupakan kemampuan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu baru. Totipotensi tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika dalam kondisi yang memungkinkan. Dengan kultur jaringan dalam waktu yang bersamaan dapat menghasilkan atau memperoleh bibit tanaman dalam jumlah yang banyak.
A.Macam-macam kultur jaringan
                Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan.
1.      Kultur meristem, menggunakan jaringan pada akar, batang, serta daun yang muda atau meristematik
2.      Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan.
3.      Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kepala kopyor yang sulit dikembangkan secara alamiah.
4.      Kultur protoplas, meggunakan sel jaringan hidup sebagai eksplan tanpa dinding.
5.      Kultur kloroplas, menggunakan kroloplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki atau membuat varietas yang baru.
6.      Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.
B.     Prosedur Kultur Jaringan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur kultur jaringan diataranya,
a.       Persiapan
Media yang digunakan merupakan media yang cair dan padat. Kedua media ini dimasukkan dalam erlenmeyer yang ditutup dengan kain kasa steril dan alumunium foil. Setelah di sterilkan media kultur disimpan dalam tempat steril.
b.      Pengambilan dan Perawatan Eksplan
Eksplan dapat diambil dari tunas pucuk, ketiak daun, ujung akar, atau daun muda. Eksplan harus di sterilkan juga agar tidak ada bakteri yang terdapat pada eksplan. Bahan eksplan disterilkan dengan larutan kalsium hiploklorid 5% selama 5 menit lalu bilas eksplan beberapa kali dengan menggunakan akuades.
c.       Pengocokan
Botol yang sudah di tanami eksplan diletakkan di atas meja pengocok yang sudah dinyalakan dengan frkuensi 60-70 kali per menit. Adapun tujuan  dari pengocokan tersebut sebagai berikut:
-          Menggiatkan kontrak antara permukaan eksplan dengan larutan media
-          Memudahkan peserapan larutan nutrisi ke dalam jaringan eksplan
-          Melancarkan sirkulasi udara, sehingga udara dapat masuk kedalam media
-          Merangsang terpisahnya PLB yang terbentuk.
d.        Media
Media tanam terdiri dari dua jenis yaitu media cair dan media padat. Media cair berfungsi untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB sedangkan media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB sampai plantlet.
Ada banyak media kultur jaringan yang penamanya diambil dari nama penemunya, seperti :
1.      Murashige dan Skoog (1962), dapat digunakan hampir semua jenis kultur, terutama pada tanaman herba
2.      White (1934), baik digunakan dalam kultur tanaman tomat
3.      Vacin dan Went, dapat digunakan untuk kultur pada anggrek
4.      Nistch and Nistch, biasanya digunakan dalam kultur serbuk sari dan kultur sel.
5.      Scenk and Haberlandt (1972), cocok untuk kultu jaringan monokitil.

2.      Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata bahasa Yunani hydro yang berarti air dan ponos yang berarti bekerja. Jadi, hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air. Dalam praktiknya hidroponik dilakukan dengan berbagai metode, tergantung media yang digunakan. Adapun metode yang digunakan dalam hidroponik, antaralain metode kultur air (menggunakan media air), metode kultur pasir(menggunakan media pasir), dan metode porus (menggunakan media kerikil, pecahan batu bata, dan lain-lain).
Pada umumnya orang bertanam dengan menggunakan tanah. Namun, dalam hidroponik tidak lagi digunakan tanah, hanya dibutuhkan air yang ditambah nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman. Apakah cukup dengan air dan nutrien?. Bahan dasar yang dibutuhkan tanaman adalah air, mineral, cahaya, dan CO2.
Cahaya telah terpenuhi oleh cahaya matahari. Demikian pula CO2 sudahcukup melimpah di udara. Sementara itu kebutuhan air dan mineral dapat diberikan dengan sistem hidroponik, artinya keberadaan tanah sebenarnya bukanlah hal yang utama.
Beberapa keuntungan bercocok tanam dengan hidroponik,antara lain:
-          Tanaman dapat dibudidayakan di segala tempat
-          Risiko kerusakan tanaman karena kurang air dan erosi tidak ada
-          Tidak perlu lahan yang terlalu luas
-          Pertumbuhan tanaman lebih cepat
-          Bebas dari hama
-          Hasilnya berkualitas dan berkuantitas tinggi.
            Adapun jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman hias antara lain.
-          Philodendron
-          Dracaena
-          Aglonema
-          Spatyphilum.
Adapun golongan dari sayuran yang dapat dihidroponikkan, antara lain :
-          Tomat
-          Paprika
-          Mentimun
-          Selada
-          Sawi
-          Kangkung
-          Bayam.
Adapun jenis tanaman buah yang dapat dihidroponikkan, antara lain
-          Jambu air
-          Melon
-          Kedondong bangkok
-          Belimbing.

3.      Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk yang baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah di rekombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita inginkan.
Ada dua komponen yang terlibat dalam rekayasa genetika, yaitu plasmid dan enzim.
a.       Plasmid
Plasmid merupakan molekul DNA rangkap berbentuk cincin yang khusus terdapat pada bakteri. Dalam rekayasa genetika plasmid berfungsi sebagai vektor (kendaraan) yang digunakan untuk mentransfer dan memperbanyak gen-gen asing.
b.      Enzim
Enzim berperan sangat penting terhadap rekasa genetika, di dalam proses rekayasa genetika terdapat dua macam enzim yang terlibat langsung, yaitu
-          Enzim Restriksi Endonuklease
Enzim Restriksi Endonuklease, berfungsi untuk memotong rantai DNA sehingga dikenal sebagai gunting biologi. Enzim ini mempunyai kemampuan untuk mengenal dan memotong urutan nukleotida tertentu pada DNA.
-          Enzim Ligase
Enzim Ligase, berfungsi untuk merekatkan fragmen-fragmen DNA.
Didalam rekayasa genetika terdapat empat macam teknik, diantaranya yaitu:
a.       Teknik Plasmid
Plasmid merupakan gen yang melingkar yang terdapat dalam sel bakteri, tak terkait pada kromosom. Melalui teknik  ini para ahli dalam bioteknologi dapat mengembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama penyakit, terhadap tanah yang kering dan kurang subur.
b.      Teknik Hibridoma
Teknik hibridoma yaitu penggabungan dua sel dari organisme yang sama atau pun dari sel organisme yang berbeda, sehingga menghasilkan sel yang tunggal, yang memiliki kombinasi dari kedua sel tersebut.
c.       Terapi Gen
Terapi gen yaitu perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki gen. Terapi gen ini biasanya digunakan untuk penyakit fatal misalnya, kanker.
d.      Teknik Kloning.
            Kloning berasal dari kata Yunani kuno, clone yang berarti ranting atau cangkokan. Istilah kloning ini digunakan untuk menyebut sekelompok makhluk hidup yang dilahirkan tanpa proses seksual.
Oleh karena itu seiring dengan berkembangnya bioteknologi yang lebih maju kini telah dihasilkan berbagai tanaman transgenik, contohnya seperti tanaman yang kebal terhadap hama dan tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen sendiri.
1.      Tanaman yang Kebal terhadap Hama dan Penyakit
2.      Tanaman yang dapat Memfiksasi Nitrogen

4.      Aeroponik
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponos yang berarti daya. Jadi, aeroponik adalah pemberdayaan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan modifikasi dari hidroponik (mem-berdayakan air), karena air yang berisi larutan unsur hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Prinsip dari aeroponik adalah sebagai berikut.
 Helaian styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. Dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool, anak semai sayuranditancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah helaian styrofom terdapat sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga mengenai akar.

F.     Aplikasi Bioteknologi pada Tumbuhan
-          Vaksin pada Tanaman
Hasil panen lahan pertanian biasanya sangat rentan terserang penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Dengan adanya infeksi oleh berbagai macam virus, suatu tanaman akan terganggu pertumbuhannya, kualitasnya menurun, dan secara otomatis pasti akan menurunkan penghasilan para petani.
Namun, sekarang para petani telah berhasil membuat alternatif dengan membuat pemberantas virus alami. Salah satu cara yang diterapkan yaitu dengan menyuntikan semacam vaksin ke dalam tubuh tanaman. Seperti halnya vaksin folio, vaksin ini mengandung strain virus yang telah dilemahkan. Vaksin ini kemudian membuat suatu tanaman kebal terhadap virus tertentu.
Namun, selain menggunakan metode suntikan, sekarang telah ditemukan cara untuk menghasilkan kekebalan dalam tubuh tanaman, yaitu dengan cara menyisipkan sebuah gen dari virus TMV (Tobacco Mosaik Virus) ke dalam tubuh tanaman tembakau.
 Kemudian gen ini menghasilkan protein seperti yang di temukan di permukaan tubuh virus TMV, dan kemudian dia bekerja sebagai imun TMV dalam tubuh tanaman tersebut. Hal ini disebabkan TMV mempunyai susunan tubuh yang terdiri atas protein sub unit sebagai mantel, dan untaian molekul RNA.
Langkah pertama untuk melakukan proses penyisipan gen yaitu dengan cara mengkonversikan RNA dari mantel virus ke dalam DNA sebuah bakteri yang bisa disisipi. Kemudian gen dari bakteri tersebut ditransfer ke agrobakter yang bertindak sebagai vector.
 Agrobakter mampu disisipi DNA tersebut karena dia mempunyai plasmid TI. Kemudian DNA agrobakter tersebut disisipkan ke dalam satu sel tanaman, dan sel tanaman tersebut ditumbuhkan dalam kultur yang sesuai.
Setelah tumbuh besar tanaman tersebut diuji coba dengan virus (TMV) setelah melakukan percobaan tersebut ternyata tanaman yang telah disisipi gen agrobakter yang mengandung DNA virus akan kebal terhadap serangan TMV. Jadi tidak hanya bagian tubuh tertentu dari tanaman yang kebal terhadap virus, namun juga keseluruhan tubuh tanaman.
-          Pestisida secara genetika
Selama 35 tahun, beberapa petani telah menggunakan suatu bakteri sebagai pestisida, bakteri tersebut adalah Bacillus thruringiensis (Bt), yang telah diresmikan menjadi pestisida tanaman. Bakteri tersebut menghasilakn sebuah kristal protein yang membunuh serangga dan larvanya yang membahayakan tanaman.
 Cara yang dilakukan untuk menyebarkan bakteri tersebut pada lahan pertanian adalah dengan menyebarkan spora bakteri pada lahan pertanian, dengan demikian petani akan dapat menjaga tanamannya walaupun tidak menggunakan bahan-bahan kimia pembunuh serangga.
Dengan adanya bioteknologi, petani tidak hanya dapat menyebarkan bakteri pada lahan pertanian mereka, namun mereka juga dapat menyebarkan gen Bt ke lahan mereka. Tanaman yang mengandung gen racun Bt dapat membantu membunuh serangga . Dengan adanya bioteknologi tanaman, telah banyak tanaman yang mempunyai insektisida dari gen, seperti tanaman tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Kenyataannya, sebagian besar biji kapas yang diproduksi sekarang mengandung gen racun Bt, yang sangat efektif melindungi tanaman kapas dari serangan serangga. Carakerja dari gen racun tersebut adalah ketika serangga memakan daun kapas, dimana ketika mereka memakan daun kapas tersebut mereka akan mati terbunuh.


-          Kerentanan Herbisida
Pemberantasan hama secara tradisional mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya adalah pemberantasan tersebut akan memberantas tanaman yang terinfeksi sampai ke rumput-rumput liar yang ada di sekitarnya. Namun dengan adanya bioteknologi, saat ini para petani dapat menggunakan herbisida dengan mudah tanpa mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Hasil panen dapat menjadi rentan terhadapherbisida tertentu, sebagai contoh yaitu glyphosate. Herbisida ini menghalangi enzim yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Melalui rekayasa biologi ilmuwan mampu membuat hasil panen transgenik yang menghasilkan enzim alternatif yang tidak terpengaruh glyphosate.
Pendekatan ini berhasil pada kacang-kacangan. Saat ini kebanyakan kacang-kacangan yang dibudidayakan untuk digunakan sebagai makanan hewan, mengandung gen yang kebal terhadap herbisida.
Petani yang menanam hasil panen yang kebal terhadap herbisida, bisaanya selalu mengontrol rumput-rumput liar dengan bahan kimia yang lebih aman terhadap lingkungan dibanding herbisida. Perkembangan ini sangat penting karena sebelum adanya hasil panen yang rentan, petani kapas Amerika Serikat menghabiskan 300 juta dolar tiap tahun untuk memperoleh bahan-bahan kimia yang akan disemprotkan ke lahan mereka.
-          Serat yang Kuat
Seperti yang disebutkan di awal, cara lama untuk menghasilkan serat hanya dapat meningkatkan rata-rata kekuatan serat kapas sampai 1,5% per tahun. Namun, setelah adanya bioteknologi melalui penyisipan gen, kekuatan serat mengalami peningkatan samapai 60%. Serat yang dihasilkan menjadi lebih halus, menjadi lebih nyaman dipakai saat dijadikan bahan bju dan yang pasti menambah penghasilan petani.
Semua keuntungan dalam bidang bioteknologi sangat berguna untuk semua umat manusia. Keuntungan yang sangat lebih berarti adalah mampu menyelamatkan manusia dari kelaparan. Salah satu alternatif yang dihasilkan dari bioteknologi adalah dengan Golden Rice, yang secara genetik dapat menghasilkan beta karoten, sebuah provitamin yang dapat memenuhi kebutuhan vitamin A dalam tubuh.
 Hal tersebut akan sangat lebih efisien, karena menurut pengalaman dengan adanya kebutaan terhadap anak-anak maka petugas kesehatan sangat sibuk dan kesulitan untuk menyampaikan obat-obatan kepada mereka. Dan sekarang dengan adanya vitamin yang terkandung dalam bahan makanan maka akan sangat membantu mengatasi hal-hal tersebut.
 Namun, setiap kelebihan akan suatu penemuan pasti ada kekurangan yang mengukuti. Demikan pula dengan adanya Golden Rice ini, untuk anak-anak yang kekurangan lemak dalam tubuhnya, maka mereka tidak dapat mengkonsumsi beras ini dengan baik, karena sebelum dapat dikonsumsi dengan baik oleh tubuh, maka harus diuraikan terlebih dahulu oleh lemak.
 Maka dari itu penemuan tidak hanya sampai disana saja, para ilmuan mencari alternatif lain yang lebih mudah, dan efisien, sebagai contoh mereka mulai mengambangkan beras kaya dengan zat besi dan protein.
-          Obat – obatan
Antibiotik
Zat kimia yang di hasilkan oleh mikroorganisme (jamur/bakteri)
     Untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri atau organisme lain.
Contohnya : Penicillium Notatum
Bahan Bakar
      Dihasilkan melalui proses fermentasi karbohidrat
      Organisme yang terlibat : Khamir Saccaromyces cereviceae
      Alkohol yang terbentuk digunakan sebagai bahan bakar
Reaksi :       C6 H 12 O6  →  C2 H 5 OH     +     CO2
G.    Manfaat dan Bahaya.
Implementasi bioteknologi pada berbagai aspek kehidupan tidak hanya mendapatkan keuntungan semata namun juga berpotensi mendatangkan bahaya. Adapun keuntungan dan bahaya dari bioteknologi sebagai berikut :
1.      Keuntungan

-          Dapat memperoleh tanaman yang di inginkan
-          Dapat memperoleh tanaman secara banyak dalam waktu yang singkat
-          Bertambahnya keragaman pada tanaman

2.      Kerugian
Adanya potensi menimbulkan penyakit pada manusia
-          Berkurangnya tingkat keragaman makhluk hidup
-          Terganggunya keseimbangan alam
-          Berpotensi menimbulkan wabah seluruh dunia
-          Berpotensi menimbulkan isu etis






BAB.  III
ILMU PENYAKIT TUMBUHAN
A.    Pengertan Ilmu penyakit Tumbuhan
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut
B.     Penyebab Tanaman Menjadi Sakit
Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath). Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat.
Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi.
Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia). Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh agensia penyebab penyakit.
 Kemapuan sel dan jaringan tersebut melaksankaan fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun, atau terhenti sama sekali dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau tumbuhan mati. Jenis sel dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mulamula dipengaruhinya.
Dapat dicontohkan sebagai berikut:
a.       infeksi yang terjadi pada akar (busuk akar) akan mengganggu penyerapan air dan hara dari dalam tanah.
b.      infeksi pada pembuluh kayu (layu vaskular atau kanker tertentu) akan mengganggu translokasi air dan hara ke tajuk tumbuhan.
c.       infeksi pada daun (becak daun, hawar (blight) daun dan mosaik) akan mengganggu fotosintesis.
d.      infeksi pada korteks (kanker pada korteks) akan mengganggu translokasi hasil fotosintesis ke bagian bawah tumbuhan.
e.       infeksi pada bunga akan mengganggu reproduksi
f.       infeksi pada buah (busuk buah) mengganggu reproduksi dan penyimpanan makanan cadangan bagi pertumbuhan baru.
Sebaliknya, terdapat golongan penyakit dimana sel-sel yang dipengaruhi tidak menjadi lemah atau hancur, tetapi dirangsang membelah lebih cepat (hiperplasia) atau membesar melebihi ukuran normal (hipertropi). Sel-sel hiperplasia atau hipertropi biasanya menghasilkan perkembangan organ-organ yang tidak berfungsi, ukurannya tidak normal, perkembangbiakannya tidak normal, atau menghasilkan pertumbuhan melebihi normal pada organ-organ yang terlihat normal. Sel-sel dan jaringan yang dirangsang lebih (over stimulated) tidak hanya mengalihkan menjadi tidak tersedia bagi jaringan normal, tetapi seringkali dengan pertumbuhan yang melebihi normal tersebut akan merusak atau menghancurkan jaringan normal didekatnya dan mengganggu fungsi-fungsi fisiologis tumbuhan.
Penyebab penyakit yang tidak menular berbagai macam, antara lain pH tanah, kurang tersedianya unsur hara tertentu di dalam tanah, kandungan air di dalam tanah, limbah serta bahan-bahan kimia yang keluar dari industri serta dari mesin-mesin pembangkit tenaga dan sebgainya. Bahan yang keluar dari industri dan dari mesin pembangkit tenaga inilah yang menyebabkan polusi udara. Akibat serangan penyebab yang tidak menular biasa terlihat secara menyeluruh atau secara sporadik tersebar seluas lahan yang faktor penyebab yang bersangkutan. Penyebab penyakit semacam ini tidak menyebar dari satu tanaman ke tanaman lain.
Pada penyebab penyakit yang menular, penyakit dapat berkembang biak pada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secara aktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun, atau menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin atau aliran pada permukaan tanah, selokan atau sungai. Beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh serangga, nematoda atau burung.
 Penyebab tiap macam penyakit memiliki ciri-ciri yang khas tentang siklus hidupnya, cara bertahan hidup, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangannya serta cara penyebarannya. Walau penyebabnya telah diketahui, ciri-cirinya banyak yang belum diketahui, padahal pengetahuan tentang itu diperlukan sebagai bahan untuk pengembangan cara pengendaliannya secara efektif.
Patogen dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara sebagai berikut:
  1. Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk kebutuhannya.
  2. Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin, enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya.
  3. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.
  4. Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak.
C. Penyebab Penyakit Faktor Abiotik ( Lingkungan )
Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan fisik atau kimia maka biasanya penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan waktu, sedang kecepatan perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon, jenis faktor penyebab penyakit serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor penyebab tersebut dari kondisi yang cukup baik untuk perkembangan pohon yang bersangkutan.
 Makin besar penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah dan mungkin makin beratlah penyakit yang ditimbulkannya. Tiap jenis pohon memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon yang semula pada umurumur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.
a.       Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah.
b.      Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
 Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi disbanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.
c.       Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.
 Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).
d.      Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau pasir.
 Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati.
e.       Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan.
f.       Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang.
g.      Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi.
 Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
h.      Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati daerah tertentu.
 Seringkali tumbuhan atau hasil tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen) atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak).
D. Penyebab Penyakit Oleh factor Biotik
Sebagai contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di sekitar patogen. Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada pathogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis. Unsur-unsur biotik yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap patogen.
Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar patogen. Interaksi dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi jasad renik yang menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian maka unsur-unsur biotik lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap perkembangan penyakit pada pohon.                                                                                                                                 
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen).
Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang.
 Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar.
 Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon. Berbagai galur atau asal (isolat) suatu jenis patogen dapat beragam keganasannya (virulensinya), tergantung pada gen yang terkandung di dalam inti atau bahan yang bertindak sebagai inti.
 Mengingat susunan gen karena berbagai proses dapat berubah, maka demikian pula virulensi pada suatu jenis patogen dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa terjadi karena hibridisasi, heterokariosis dan paraseksualisme. Pada bakteri dikenal adanya konjugasi, transfusi, dan transduksi.                                      
E.Mekanisme Penyebab Penyakit
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang.  Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.
1.      CARA MEKANIS
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel.
 Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.
2.      CARA KIMIA
Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen.  Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang.
3.      ENZIM
Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap fungsi protoplas, merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau mengurangi kemampuan membelah dan membesarnya sel.
Sedang polisakarida hanya berperan pasif dalam penyakit vaskuler yang berkaitan dengan translokasi air dalam inang  dan ada kemungkinan polisakarida bersifat toksik terhadap sel tumbuhan. Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari beberapa lapisan substansi kimia.
4.      TOKSIN
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan defisiensi faktor pertumbuhan esensial.  Toksin yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin.
5.      ZPT
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi yang merangsang atau menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.
F.Interaksi   Patogen  Dengan Tanaman
Secara umum tumbuhan akan memberikan respon terhadap serangan patogen dan respon tersebut akan bertanggung jawab terhadap resistensi tanaman terhadap patogen. Akibat adanya serangan patogen tumbuhan akan memberikan reaksi pertahanan untuk melindunginya.
 Tanaman akan mempertahankan diri dengan dua cara, yaitu adanya sifat-sifat struktural pada tanaman yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan akan menghambat patogen untuk masuk dan menyebar di dalam tanaman respon biokimia yang berupa reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman sehingga patogen dapat mati atau terhambat pertumbuhannya. Tanaman akan memberikan respon terhadap patogen dengan cara-cara yang berbeda. Respon tersebut ada yang berinteraksi dan ada yang tidak berinteraksi.
Pada kasus tertentu terjadi hubungan yang inkompatibel antara tanaman dan patogen (tanaman adalah resisten) atau hubungan yang kompafibel (tanaman adalah rentan). Namun interaksi yang terjadi antara tanaman dan patogen yang menyerangnya sangatlah kompleks dan banyak melibatkan reaksi-reaksi biokimia.
Pada kondisi yang normal tanaman adalah resisten terhadap kebanyakan mikroorganisme patogen. Hanya relatif sedikit terdapat kombinasi hubungan patogen-inang yang terjadi. Kejadian biokimia yang terdapat pada interaksi tanaman inang dan bukan inang dengan suatu patogen adalah sama, tetapi intensitasnya dan bentuk penampilannya tergantung pada kondisi lingkungan dan fisiologinya.
 Kombinasi antara sifat struktural dan reaksi biokimia yang digunakan untuk pertahanan bagi tanaman berbeda antara setiap sistim kombinasi inang-patogen. Dapat terjadi pada hubungan inang-patogen yang sama kombinasi tersebut dapat berbeda tergantung pada umur tumbuhan, jenis organ, jaringan tumbuhan yang diserang, keadaan hara tumbuhan, dan kondisi cuaca.
1.      Struktur Penghalang
Sebelum patogen dapat mencapai proses infeksi, patogen harus terlebih dahulu dapat mengatasi penghalang yang melindungi tanaman. Umumnya virus dan bakteri masuk ke dalam tanaman melalui luka atau dengan bantuan vektor. Cendawan patogenik dapat masuk ke dalam tanaman melalui luka atau bagian-bagian tanaman yang terbuka secara alamiah, seperti stomata atau secara aktif menetrasi lapisan permukaan tanaman. 
Struktur penghalang ini termasuk di dalamnya adalah dinding sel yang biasanya disusun oleh lapisan lignin, kutikel, dan berhubungan dengan lapisan pektin dinding sel dan menutupi seluruh bagian permukaan aerial tanaman.
 Unsur pokok utama adalah kutin, suatu polimer asam hidroksifat yang tidak larutdan melekat di dalam lapisan jilin. Bagian di bawah permukaan dari tanaman dan luka pada bagian aerial tanaman dilindungi oleh suberin. Suberin merupakan suatu campuran polimer fenolik dan bahannya berasaf dari lipid yang diikiat kepada karbohidrat dinding sel.
a.       Lapisan Lilin
Komponen lilin yang ada pada permukaan atas tanaman tidak berperan secara tunggal dalam pertahanan tanaman melawan patogen. Karakter permukaan lapisan lilin yang hidrofobik juga mekanisme pertahanan tidak langsung terhadap patogen. Telah diketahui bahwa kelembaban adalah esensial untuk germinasi spora dan lapisan lilin yang hidrofobik tersebut akan sangat mengurangi kelembaban pada permukaan tanaman.
 Beberapa komponen yang menyusun lilin dapat menstimulir pertumbuhan cendawan, menginduksi sintesis dan ekskresi enzim degradatif seperti kutinase pada cendawan patogenik. Perubahan kompopsisi lapisan lilin yang berhubungan terhadap resistensi sebagai respon terhadap serangan patogen belum diteliti.
b.      Kutin
Beberapa cendawan patogen tanaman mengeluarkan kutinase yang merupakan suatu enzim yang mengkatalisasi degradasi kutin. Sintesis enzim ini terinduksi oleh adanya kutin pada tanaman. Terjadinya penghambatan yang spesifik oleh enzim ini dapat melindungi tanaman dari infeksi cendawan.
 Virulensi strain Fusarium solani f,sp. pisi yang berbeda pada tanaman pea berkorelasi dengan tingkat kutinase yang dihasilkan pada saat perkecambahan spora. Pada konteksi ini kutin merupakan penghalang utama pada tanaman terhadap serangan mikroorganisme fitopatogenik.
c.        Suberin
Bagian bawah dari permukaan tanaman secara aerial terbentuk periderm yang ditutupi oleh suberin. Suberin adalah suatu campuran polimer yang tidak larut dari unsur-unsur alifatik dan aromatik yang terikat pada dinding sel. Cendawan patogen mampu menetrasi suberin setelah proses depolimerisasi secara enzimatik. Cairan kultur F. Solani f.sp. pisi mengeluarkan I bagian alifatik yang sama seperti bagian alifatik pada suberin.
 Dua esterase ekstraseluler telah dimurnikan dari cendawan ini yang ditumbuhkan pada media yang mengandung suberin. Kedua esterase tersebut mendepolimerisasi komponen alifatik dari suberin dan sangat mirip dengan kutinase dari cendawan yang sama setelah ditumbuhkan pada media yang mengandung kutin.
G.Pengendalian Penyakit Tanaman
Setelah dirasa bahwa usaha pemberantasan tidak mungkin untuk dilakukan, dan  juga karena adanya pengaruh kata berbahasa Inggris control maka dimulailah pemakaian  kata  pengendalian  yang  menunjukkan  bahwa  usaha  tersebut  tidak  bertujuan  untuk membersihkan  pengganggu  dan  juga  sudah  mencerminkan  tidak  adanya  dominasi manusia.
  Pengendalian merupakan  salah  satu  fungsi  terakhir  dalam managemen,  dan istilah ? Pengendahan  Hama  dan  Penyakit? menunjukkan  bahwa  usaha  baru  dilakukan setelah  terjadi  gangguan,  sedangkan  usaha  untuk  mengurangi  populasi  organisme pangganggu ke taraf yang tidak merugikan perlu diintegrasikan dengan sistem produksi sehingga  hama  ditangani  secara  terus  menerus  sejak  perencanaan.
  Oleh  karena  itu penggunaan  kata  pengendalian  dirasa  kurang  tepat,  sehingga  pemakaian  kata pengelolaan dirasa lebih sesuai karena pengelolaan juga meliputi fungsi perencanaan.
1.     Pengendalian penyakit dengan peraturan (Undang-undang)
Peraturan yang dimaksud di sini adalah peraturan pemerintah. Peraturan ini dimaksudkan untuk membersihkan patogen yang barn saja masuk ke suatu wilayah baru  (eradikasi)  dan  usaha mencegah masuknya  suatu  patogen  ke  suatu wilayah baru yang masih bebas patogen (karantina).
 Usaha  pengendalian  dengan  cara  eradikasi  perlu  dilakukan  secara  masal oleh  semua  penanam,  dan  yang  harus  dimusnahkan  bukan  hanya  tanaman  yang sudah menunjukkan  gejala  akan  tetapi  juga  tanaman  yang  belum menunjukkan gejala, bahkan tumbuhan lain yang diduga merupakan inang altenatif bagi patoge
Tanpa peraturan  yang  tegas  usaha  ini  tidak  akan  berhasil  karena  adanya keengganan bagi penanam untuk membongkar  tanamannya, apalagi bila  tanaman tersebut  tidak menunjukkan  gejala  sakit.  Eradikasi  hanya  dapat  diterapkan  pada penyakit-penyakit  yang  meluas  dengan  lambat,  sedangkan  untuk  penyakit  yang bersifat air borne yang dipencarkan oleh udara teknik ini tidak dapat dilaksanakan.
 Istilah  karantina  (quarantine)  berasal  dari  kata  quaranta  yang  berarti? empat  puluh?,  karena  dulu  jika  ada  kapal  yang  membawa  penumpang  yang berpenyakit  menular,  kapal  itu  harus  menunggu  selama  empat  puluh  hari  di pelabuhan, dan  setelah  jangka waktu  itu orang-orang yang masih hidup dianggap telah  bebas  dan  penyakit  dan  diizinkan  turun  ke  darat.                                                     
            Karantina  tumbuhan bertujuan  untuk  mencegah  pemasukan  dan  penyebaran  hama  dan  penyakit tumbuhan  dengan menggunakan  undang-undang,  sehingga  terutama  hanya  akan berguna bagi penyakit yang disebarkan lewat perdagangan.
Yang dimaksud dengan tumbuhan  (plant)  di  sini  adalah  semua  atau  bagian  tumbuhan  hidup  termasuk  di dalamnya biji, dan yang dimaksud dengan hasil  tumbuhan  (plant product) adalah bahan mentah atau bahan yang  telah diolah yang berasal dan  tumbuhan, bahkan beberapa  negara  memasukkan  semua  faktor  yang  memungkinkan  untuk dipergunakan  oleh  hama  dan  penyakit  sebagai  medium  tumbuh  ataupun  yang mungkin  mengalami  kontaminasi  oleh  parasit-parasit,  misalnya  pembungkus, kompos,  tanah,  dan lain-lain.
  Pada  umumnya  penularan  jarak  jauh  yang  efektif  dilakukan oleh manusia, baik secara tidak disengaja maupun terbawa bersama dengan bahan tanaman yang dibawa. Sehubungan dengan semakin majunya sistem transportasi, dengan mudah manusia dapat mengangkut bahan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat  lain  dalam  waktu  yang  relatif  singkat,  sehingga  bahaya  pemasukan organisme pengganggu menjadi lebih besar, dan pemeriksaan kesehatan tumbuhan tidak dapat dilakukan dengan teliti.
2.     Pengendalian dengan cara kultur teknis
Untuk  mendapatkan  suatu  pertanaman  yang  sehat,  perlu  dilakukan pemeliharaan  tanaman yang  sebaik-baiknya dimulai  sejak pemilihan  lahan, benih, perlindungan  dari  serangan  patogen,  pemungutan  hasil,  sampai  dengan  pasca panennya. Pemilihan lahan yang tepat akan sangat menentukan dalam proses budidaya selanjutnya.
 Pemilihan lahan yang bebas penyakit dalam arti tanah yang relatif atau sama sekali bebas dan patogen yang dapat merugikan tanaman yang akan ditanam di  tempat  tersebut, hal  ini  terutama untuk menghindari penyakit-penyakit bawaan tanah.  Tanah  yang  belum  pernah  diusahakan  seri  merupakan  tanah  yang  tidak berpenyakit,  sedangkan  tanah  bekas  hutan  biasanya  sudah  menyimpan  bibit penyakit  apalagi  kalau  di  tempat  tersebut  akan  ditanami  dengan  tanaman  keras.
 Rotasi  dan  pemberoan  juga  akan  meningkatkan  kesuburan tanah  sehingga  tanaman  akan  tumbuh  dengan  baik  dan  menjadi  lebih  tahan terhadap  penyakit.  Pemeliharaan  tanaman yang baik  akan dimulai  sejak melakukan pemilihan tempat  yang  bebas  bibit  penyakit,  penyiapan  tanah  yang  intensif,  peningkatan kesuburan tanah, penyebaran benih yang baik dan benar, pengaturan drainase dan irigasi,  pemeliharaan  pertumbuhan  tanaman  seperti  pemangkasan,  sanitasi, pengaturan  jarak  tanam,  dll.
  Yang  dilakukan  dengan  baik,  sampai  dengan pemungutan  hasil  yang  harus  hati-hati  jangan  sampai  menimbulkan  luka, merupakan tindakan yang akan memperkecil kerugian akibat serangan patogen.
 Sanitasi lahan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan tempat bersarangnya  patogen  yang  dilakukan  dengan mengatur  gulma maupun  tanaman pembantu  seperti,  tanaman  penutup  tanah  maupun  tanaman  pelindung, membongkar  tanaman  yang  merupakan  inang  alternatif  dari  patogen, menghilangkan  tanaman  sakit  yang  dapat  menjadi  sumber  inokulum  sesegera mungkin  setelah  munculnya  gejala,  maupun  dengan  menghilangkan  bagian tanaman yang sakit.
3.     Pengendalian dengan penggunaan kultivar tahan
Di  alam  sebenarnya  sudah  terjadi  seleksi  ketahanan.  Dengan  adanya serangan  patogen,  genotip-genotip  yang  rentan  akan  musnah,  sehingga  yang tersisa  hanyalah  genotip-genotip  yang  tahan  yang  dapat  mempertahankan  diri, berkembang  dan  berbiak  serta  mewariskan  sifat  ketahannya  kepada  generasi berikutnya.
 Keturunan ini juga akan mendapatkan serangan dari patogen dan akan tetap  terjadi  seleksi  alam,  sehingga  akan  terjadi  keseimbangan  yang  dinamis antara  tanaman dengan patogen. Tumbuhan yang sudah mengalami ko-evolusi  ini dikenal  dengan  nama  ras  pribumi  (land  race)  yang  mempunyai  ketahanan horizontal yang tinggi.
Seiring dengan kemajuan  ilmu pengetahuan, para pakar Pemulia Tanaman dan  Ilmu  Penyakit  Tumbuhan  dapat  melakukan  pemeliharaan,  pemilihan, pembiakan  individu-individu  yang  tahan,  mengadakan  hibridisasi,  serta mengadakan infeksi buatan untuk mempercepat proses seleksi, sehingga diperoleh kultivar yang  tahan.
 Salah  satu kendala upaya memperoleh kultivar  tahan adalah bahwa  ketahanan  terhadap  suatu  penyakit  belum  tentu  diikuti  pula  dengan ketahanan terhadap penyakit yang lainnya, karena pada umumnya satu pasang gen hanya membawa ketahanan terhadap satu ras atau satu jenis patogen saja.
4.     Pengendalian secara biologi
Pengendalian  biologi  adalah  merupakan  setiap  usaha  untuk  mengurangi intensitas  penyakit  tumbuhan  dengan  memakai  bantuan  satu  atau  lebih  jasad hidup,  selain  tumbuhan  inang  dan  manusia.  Beberapa  mekanisme  pengendalian biologi antara lain;
(a) Antagonisme. Pada teknik ini usaha pengendalian dilakukan dengan memanfaatkan  jasad-jasad antagonis yang dapat berperan sebagai musuh alami  dari  patogen  seperti  pemanfaatan  jamur  saprofitik  yang  mempunyai  daya antagonis  terhadap  patogen  (Trichoderma  spp,  Gliocladiurn  spp.),  penggunaan patogen-patogen yang tidak virulen, ataupun jasad-jasad sejenis yang bersifat non-patogenik.
 (b)  Penggunaan  Plant  growth-promoting  rhizobacteria  (PGPR)  yaitu suatu  jasad  yang mempunyai  aktivitas  pengendalian  biologis meskipun  jasad  ini sendiri  tidak  berpengaruh  secara  langsung  terhadap  patogen.
(c)  Pengimbasan ketahanan  (imunisasi),  yaitu  suatu  usaha  untuk  mendapatkan  kultivar  tahan dengan menginokulasi  tanaman menggunakan  jasad ataupun senyawa yang dapat mengimbas  tanaman untuk membentuk suatu ketahanan  terhadap patogen. Jasad pengimbas dapat berupa patogen yang bersifat avirulen,  jasad berbeda  jenis yang bersifat  non  patogen, metabolit mikrobia,  sisa-sisa  tumbuhan, maupun  senyawa-senyawa  tertentu  yang mampu  bertindak  sebagai  pengimbas. 
5.     Pengendalian kimiawi
Pengendalian  kimiawi  yang  dimaksud  di  sini  terutama  adalah  penggunaan pestisida  (fungisida,  bakterisida,  nematisida)  untuk  mengendalikan  patogen tumbuhan.  Pengendalian  dengan  cara  ini memerlukan  biaya  yang  tinggi,  namun kebanyakan  petani  lebih  menyukai  teknik  ini  karena  hasilnya  segera  kelihatan sesaat  setelah  aplikasi  dan  usaha  pengendalian  ini  dapat  dilakukan  oleh  tenaga-tenaga  yang  kurang  terdidik,  serta  pengendalian  dengan memanfaatkan  pestisida tidak bersifat spesifik lokasi.
Pengendalian patogen dengan pestisida dapat terjadi melalui beberapa mekanisme antara  lain;
 (a)  berpengaruh  terhadap  enzim  dan  protein;
 (b)  berpengaruh terhadap  permeabilitas  membran  sehingga  akan  menyebabkan  gangguan  pada metabolisme  patogen; 
(c)  berpengaruh  terhadap  sintesis  dinding  sel  dan pembelahan sel.
6.     Pengendalian Penyakit dengan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Yang dimaksud  sebagai hama dalam hal  ini adalah hama  (pest) dalam arti luas yang berarti hama atau omo (jawa),  jadi mencakup hama, penyakit, maupun gulma.  Sejak  tahun  1950-an  orang  mulai  menyadari  bahwa  usaha  untuk memperoleh pertanaman yang bersih dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), terlalu  mahal  dan  selalu  menghadapi  kegagalan.
 Serangga  hama  dan  jamur manjadi  resisten  terhadap  pestisida,  tanaman  yang  tahan menjadi  rentan,  serta terjadi  epidemi  hama  dan  penyakit  pada  pertanaman monokultur. Selain  itu  juga diketahui  bahwa  usaha  pengendalian  suatu  jasad  pengganggu  sering mendorong berkembangnya  jasad pengganggu yang lain, sehingga disadari bahwa bermacam-macam  jasad  pengganggu  yang  menyerang  pertanaman  perlu  dihadapi  secara terpadu tanpa memperhatikan apakah jasad pengganggu tersebut hama, penyakit, ataukah gulma.



1 Comment:

  1. Unknown said...
    makasih gan infornya

Post a Comment



By :
Free Blog Templates