Tuesday 24 September 2013

PESTISIDA NABATI

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat ALLAH SWT yang Maha Kuasa, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Manfaat Daun Sirsak (Annonamuricata L.) Sebagai Pestisida Nabati”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Silahul Mukmin, S.P. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang pestisida nabati sehingga dapat mengetahui keuntungan-keuntungan penggunaan pestisida nabati di lingkungan pertanian.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi penambah ilmu bagi semua orang yang membaca dan apabila banyak kekurangan mohon kritik dan sarannya.

Amuntai, 07 Juni 2013





Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: cropcultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
               Dalam budidaya tanaman  pastilah terdapat hama yang dapat menganggu tanaman budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh hama maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida yang sering digunakan olden petani adalah pestisida kimia yang dapat dibeli di pasaran. Penggunaan pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan manusia. Selain menggunakan pestisida kimia, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida organic.
            Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga digunakan untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati ada pada tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae.

1.2 Tujuan
Untuk menggurangi hama yang merusak tanaman budidaya tanpa menggunakan zat atau bahan yang bersifat kimiawi. Selain itu penggunaan pestisida ini dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan karena sudah tersedia di alam semesta dan tidak membuat lingkungan tercemar oleh pestisida kimia yang biasanya digunakan oleh banyak petani.

1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan hanya dibatasi untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk penggunaan pestisida organic dalam mengendalikan hama belalang.

1.4 Manfaat
Dapat mengendalikan atau mengurangi hama tanpa menggunakan pestisida kimia sehingga lingkungan tetap terjaga dari residu penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal dibandingkan untuk membeli pestisida  kimia.

1.5 Rumusan Masalah
      1. Apakah pestisida nabati daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama belalang?
      2. Kandungan apa yang terdapat pada pestisida ini?
      3. Manakah konsentrasi yang tepat untuk mengendalikan hama belalang?




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida Nabati
Tidak dapat dipungkiri, dampak pemakaian pestisida sintetis/kimia pada produksi pertanian telah  menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis terganggu. Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu, dimana mereka menjadi tahan terhadap hama, juga dapat membunuh predator-predator alami yang bermanfaat bagi pertanian.
Untuk mengatasi hal diatas, salah satu cara adalah dengan mamanfaatkan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alam, seperti dedaunan, kayu, akar maupun buah-buahan yang bermanfaat untuk mengendalikan hama penyakit tanaman.
Pemakaian pestisida nabati dengan penggunaan dan dosis yang benar, tidak saja bisa mengurangi hama, tapi juga mengurangi biaya produksi karena bahan dasar pestisida nabati dapat dibudidayakan dan dibuat setiap saat sesuai kebutuhan, dan yang penting adalah tidak mencemari lingkungan. Pestisida nabati bersifat mengurangi serangan hama, bukan membunuh. Oleh karenanya pestisida nabati tidak akan membunuh predator alami hama tersebut. Cara kerjanya adalah mengusir hama dengan  tertentu ataupun mengandung zat kimia tertentu yang dapat menghilangkan nafsu makan hama.
Secara  ekonomis  bila  dibandingkan  dengan  pestisida  kimia,  biaya penggunaan pestisida nabati relatif lebih murah.  Selain itu pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, pestisida nabati mempunyai keistimewaan yaitu bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah terurai.  Kekurangan pestisida nabati umumnya tidak langsung mematikan OPT sasaran secara cepat.
Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
i) Mudah didapat,  bahan baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan     kontinuitas terjamin;
ii) Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak lama;
iii) Kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan;
iv) Selektif;
v) Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering;
vi) Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya;
vii) Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis);
viii) Budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal;
ix) Tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit;
x) Bersifat multiguna.
         Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman adalah daun sirsak, yang mengandung senyawa annonain dan resin.  Daun sirsak dapat kita ramu sendiri menjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsak dapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya.
2.2 Klasifikasi sirsak
Nama umum
Indonesia           : Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda
Inggris               : Soursop
Melayu               : Durian Belanda, Durian Benggaka
Vietnam             : Mang CauXiem
Thailand             : ThurianThet, ThurianKhaek
Philipina             : Guyabano, Atti, Illabanos
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom      : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Divisi                 : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas                  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo                  : Magnoliales
Super Divisi       : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Kelas          : Magnoliidae
Famili                 : Annonaceae
Genus                : Annona
Spesies               : Annonamuricata L
.
2.3 Kandungan daun sirsak
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).
Kandungan kimia daun sirsak:
1.        Alkaloida
Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida  mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining fitokimiauntukmendeteksialkaloida sebagai pereaksi pengendapan  yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966).
2.        Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).
3.      Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin  sapo  berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun (Robinson,1995: Gunawan, etal, 2004). 
4.      Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).
5.      Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, etal, 2002).Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid,  dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral.  Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonimc, 2010).
6.      Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).
7.      Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard (asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentanaperhidrofenantren  (Harborne, 1987).
Dahulu steroida  dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987)
Beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinonereduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria.
2.4 Pembuatan pestisida dari daun sirsak
Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak sebagai pengendali hama trips:
1.      Tumbuk 100 lembar daun sirsak.
2.      Rendam dalam 5 liter air dan tambahkan 15 gram deterjen.
3.      Diamkan sehari semalam.
4.      Saring larutan tersebut dengan kain.
5.      Encerkan setiap liter larutan dalam 10 liter air.
6.      Larutan semprot siap digunakan.

Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + jeringau + bawang putih untuk mengendalikan hama wereng coklat:
      1.     Tumbuk halus segenggam daun sirsak, segenggamjeringau dan 20 siung bawang putih.
2.    Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah  ditambahkan 20 gram deterjen selama 2 hari.
3.      Saring larutan tersebut dengan kain.
4.      Larutan tersebut siap digunakan.
Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + daun tembakau untuk mengendalikan hama belalang dan ulat:
1.   Ambil 50 lembar daun sirsak ditumbuk sampai halus.
2.   Rendam bahan–bahan tersebut dalam 20 lt air
3.   Saring larutan tersebut dengan kain.
4.   Larutan siap digunakan dan disemprotkan ke tanaman.
2.5 Hama yang dapat dibasmi pestisida nabati daun sirsak
·  Macam-macam aphis
·  Wereng coklat (Nilaparvata)
·  Wereng hijau (Nephotettixvirescenns)
·  Wereng punggung putih (Sogatellafurcifera)
·  Kutu sisik hijau (Coccusviridis)
·  Macam-macam ulat
·  Ulat tritip (Plutellaxylostella)
·  Lalat buah (Ceratitiscapitata)
·  Kumbang labu merah (Aulachoporafoveicollis)
·  Kepik hijau
·  Hama kapas (Dysdercuskoeniglii)

2.6 Keuntungan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak  kelemahannya yang secara rinci diuraikan berikut ini:
Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
a)    Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,
b)   Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c)    Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,
d)   Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,
e)    Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air  permukaan,
f)    Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan
g)   Biaya dapatlebihmurah.Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkankarena daya racun rendah,
h)   Tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i)     Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik,
residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
2.7 Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyaraka dalam pemakaiannya. Menurut Martono (1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain
1.      Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya
2.      Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu diperlukan bahan pengemulsi
3.      Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak
4.       Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa
5.        Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut
6.       Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1.
Blender
1.
Daun sirsak 100 lembar
2.
Pisau dan Gunting
2.
Air 1000 mL
3.
Gelas Ukur
4.
Saringan
5.
Corong
6.
Tempat ekstrak
7.
Plastik dan Karet
3.2 Cara Kerja
Pembuatan ekstrak
a.    Siapkan alat dan bahan
b.    Potong daun sirsak
c.    Masukkan ke dalam blender
d.   Masukkan air
e.    Blender sampai halus
f.     Keluarkan dari blender
g.    Saring dan masukkan ke dalam botol
h.    Tutup botol dan diamkan selama 1 minggu
3.3 Pembuatan Larutan
a.    Siapkan hasil ekstraksi
b.    Masukkan hasil ekstraksi ke dalam gelas ukur sebanyak
       Konsentrasi 25% (ekstrak 25 ml dan air 75ml)
- Konsentrasi 50% ( ekstrak 50 ml dan air 50 ml)
- Konsentrasi 75% (ekstrak 75 ml dan air 25 ml)
c.    Setelah bahan tercampur rata dimasukkan ke dalam sparyer
d.   Aplikasikan ke tanaman budidaya (sawi)
3.4 Aplikasi
Cara aplikasinya adalah dengan cara penyemprotan menggunakan sparyer pada tanaman sawi, tiap ulangan ±30ml
3.5 Rancangan Percobaan
1. Perlakuan terdiri dari 4 macam yaitu kontrol, konsentrasi 25%, konsentrasi 50% dan konsentrasi 75%
2. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan
Penelitian dilakukan di greenhouse SMKN 1 Purwosari dengan ketinggian 150 mdpl.
a.       Pada tiap tanaman sawi setelah disemprot diberi belalang kemudian ditutup dengan plastik yang memiliki ventilasi udara
b.       Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap serangan belalang dan efektivitas pestisida
c.       Dilakukan prnghitunganprosentase pada hari terakhir pengamatan




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Pada bab ini, akan kita lihat jumlah belalang yang mati setelah perlakuan penyemprotan pestisida nabati.
Tabel 1. Respon belalang hari pertama setelah penyemprotan

Tabel 2. Respon belalang hari kedua setelah penyemprotan

Tabel 3. Respon belalang hari ketiga setelah penyemprotan

4.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan pertama, yaitu satu hari setelah penyemprotan, terlihat bahwa belalang pada perlakuan kontrol masih hidup pada semua ulangan. Perlakuan kedua yaitu konsentrasi 25% juga terlihat bahwa belalang pada tiap ulangan masih hidup. Perlakuan ketiga, konsentrasi 50% pada tiap ulangan belalang masih hidup. Konsentrasi 75%, pada ulangan kedua belalang mati dan pada ulangan pertama dan ketiga masih hidup. Pada pengamatan pertama, ada satu belalang mati yaitu pada konsentrasi 75%.
Pada hasil pengamatan kedua, yaitu pada hari kedua setelah penyemprotan. Pada pelakuan kontrol setiap ulangannya belalang masih hidup. Pada konsentrasi 25% pada tiap ulangan belalang mati. Ini berarti jumlah belalang mati pada konsentrasi 25% adalah 3. Pada konsentrasi 50%, belalang pada ulangan kedua dan ketiga mati sedangkan pada ulangan pertama tetap hidup. Berarti pada konsentrasi 50% jumlah belalang mati ada 2. Pada konsentrasi 75%, ada 1 belalang mati pada hari pertama setelah penyemprotan, dan dihari kedua pada ulangan pertama belalang mati.
Pada hasil pengamatan ketiga, yaitu pada hari ketiga setelah penyemprotan. Belalang yang ada pada perlakuan kontrol tetap hidup. Pada konsentrasi 25% belalang telah mati pada hari kedua setelah penyemprotan. Konsentrasi 50% tersisa 1 belalang pada ulangan pertama dan telah mati. Pada konsentrasi 75% tersisa satu belalang pada ulangan ketiga dan telah mati.
Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa semua belalang setelah pengamatan ketiga yang mendapatkan perlakuan penyemprotan pestisida nabati daun sirsak mati. Namun, jumlah belalang yang mati sekaligus pada tiap ulangan ada pada konsentrasi 25% yang terjadi pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai pestisida nabati daun sirsak adalah konsentrasi 25% karena kandungan senyawa acetogenin, pada pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Keuntungan menggunakan pestisida nabati daun sirsak antara lain:
1.  Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama bagi tanaman budidaya tanpa merusak ekosistem atau rantai makanannya
2.  Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman
3.  Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu bahan kimia
4.  Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap sehat untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan pestisida kimia





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a.    Pestisida nabati daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama belalang karena memiliki senyawa-senyawa yang bersifat racun perut bagi hama.
b.   Pestisida nabati daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Juga beberapa kandungan kimia yaitu alkaloida, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, gikosidaatrakuinon, dan steroid/ triterpenoid.
c.   Konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai pestisida nabati adalah 25% karena bersifat racun perut bagi hama belalang.

5.2 Saran

Untuk penggunaan pestisida nabati dalam skala besar masih diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk volume penyemprotan dan hama yang akan dikendalikan.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates