Tuesday, 24 September 2013
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat ALLAH SWT yang Maha Kuasa, sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Manfaat Daun Sirsak (Annonamuricata
L.) Sebagai Pestisida Nabati”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Silahul
Mukmin, S.P. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca tentang pestisida nabati sehingga dapat mengetahui
keuntungan-keuntungan penggunaan pestisida nabati di lingkungan pertanian.
Kami berharap makalah ini dapat
menjadi penambah ilmu bagi semua orang yang membaca dan apabila banyak
kekurangan mohon kritik dan sarannya.
Amuntai, 07 Juni 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan
pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam
(bahasa Inggris: cropcultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising),
meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe atau sekedar
ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Dalam budidaya tanaman pastilah terdapat hama yang dapat menganggu
tanaman budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh
hama maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida.
Pestisida yang sering digunakan olden petani adalah pestisida kimia yang dapat
dibeli di pasaran. Penggunaan pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan
manusia. Selain menggunakan pestisida kimia, pengendalian hama juga dapat
dilakukan dengan menggunakan pestisida organic.
Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga
digunakan untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak
lingkungan. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati ada pada
tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya
sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae.
1.2 Tujuan
Untuk menggurangi hama yang merusak tanaman budidaya tanpa
menggunakan zat atau bahan yang bersifat kimiawi. Selain itu penggunaan
pestisida ini dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan karena sudah tersedia
di alam semesta dan tidak membuat lingkungan tercemar oleh pestisida kimia yang
biasanya digunakan oleh banyak petani.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan hanya dibatasi untuk
mengetahui konsentrasi yang tepat untuk penggunaan pestisida organic dalam
mengendalikan hama belalang.
1.4 Manfaat
Dapat mengendalikan atau mengurangi hama tanpa menggunakan
pestisida kimia sehingga lingkungan tetap terjaga dari residu penggunaan bahan
kimia yang berbahaya. Biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal dibandingkan
untuk membeli pestisida kimia.
1.5 Rumusan Masalah
1. Apakah pestisida nabati daun sirsak dapat digunakan untuk
mengendalikan hama belalang?
2. Kandungan apa yang terdapat pada
pestisida ini?
3. Manakah konsentrasi yang tepat untuk
mengendalikan hama belalang?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida Nabati
Tidak dapat dipungkiri, dampak
pemakaian pestisida sintetis/kimia pada produksi pertanian telah
menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya
penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang
berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus
menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis
terganggu. Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu, dimana
mereka menjadi tahan terhadap hama, juga dapat membunuh predator-predator alami
yang bermanfaat bagi pertanian.
Untuk mengatasi hal diatas, salah
satu cara adalah dengan mamanfaatkan pestisida nabati. Pestisida nabati
merupakan pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alam, seperti dedaunan, kayu,
akar maupun buah-buahan yang bermanfaat untuk mengendalikan hama penyakit
tanaman.
Pemakaian pestisida nabati dengan
penggunaan dan dosis yang benar, tidak saja bisa mengurangi hama, tapi juga
mengurangi biaya produksi karena bahan dasar pestisida nabati dapat
dibudidayakan dan dibuat setiap saat sesuai kebutuhan, dan yang penting adalah
tidak mencemari lingkungan. Pestisida nabati bersifat mengurangi serangan hama,
bukan membunuh. Oleh karenanya pestisida nabati tidak akan membunuh predator
alami hama tersebut. Cara kerjanya adalah mengusir hama dengan tertentu
ataupun mengandung zat kimia tertentu yang dapat menghilangkan nafsu makan
hama.
Secara ekonomis
bila dibandingkan dengan pestisida kimia, biaya
penggunaan pestisida nabati relatif lebih murah. Selain itu pestisida
nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan
pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, pestisida nabati mempunyai keistimewaan
yaitu bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah
terurai. Kekurangan pestisida nabati umumnya tidak langsung mematikan OPT
sasaran secara cepat.
Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan
prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman famili
Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae,
Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Dalam upaya
pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah :
i) Mudah didapat, bahan
baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin;
ii) Mudah dibuat ekstrak,
sederhana dan dalam waktu yang tidak lama;
iii) Kandungan senyawa
pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan;
iv) Selektif;
v) Bahan yang digunakan bisa
dalam bentuk segar/kering;
vi) Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya;
vii) Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis);
vii) Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis);
viii) Budidayanya mudah, tahan
terhadap kondisi suhu optimal;
ix) Tidak menjadi gulma atau
inang hama penyakit;
x) Bersifat multiguna.
Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman adalah daun sirsak, yang
mengandung senyawa annonain dan resin. Daun sirsak dapat kita ramu
sendiri menjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa hama. Untuk membunuh
hama yang lebih banyak, daun sirsak dapat di campur dengan berbagai jenis
tumbuhan lainnya.
2.2 Klasifikasi sirsak
Nama umum
Indonesia
: Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda
Inggris
: Soursop
Melayu
: Durian Belanda, Durian Benggaka
Vietnam
: Mang CauXiem
Thailand
: ThurianThet, ThurianKhaek
Philipina
: Guyabano, Atti, Illabanos
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Magnoliales
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Kelas : Magnoliidae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annonamuricata L.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Magnoliales
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Kelas : Magnoliidae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annonamuricata L.
2.3 Kandungan daun sirsak
Daun sirsak
mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.
Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti
feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun
perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan
hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).
Kandungan kimia
daun sirsak:
1.
Alkaloida
Alkaloida
merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai
aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan (Harborne, 1987).Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam
skrining fitokimiauntukmendeteksialkaloida sebagai pereaksi pengendapan
yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff
(Farnsworth, 1966).
2.
Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan
tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga.
Pigmen bunga flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga
penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur
tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja
terhadap serangga (Robinson, 1995).
3.
Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai
sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas
diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk,
menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin
adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika
dikocok.Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan
tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama
beratus-ratus tahun (Robinson,1995: Gunawan, etal, 2004).
4.
Tanin
Tanin merupakan
salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat
dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak
kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan
yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang
sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan
pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).
5.
Glikosida
Glikosida adalah
senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian
bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, etal, 2002).Klasifikasi
(penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan
dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari
aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya
tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat
dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis dalam
tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama
enzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama
enzimnya adalah ramnase (Anonimc, 2010).
6.
Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar
terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan
sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah
Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal
bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya
berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam
larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).
7.
Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen.
Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali
bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi
Liebermann – Burchard (asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan
triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena
yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentanaperhidrofenantren
(Harborne, 1987).
Dahulu
steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak
senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol).
Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa
fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol,
stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987)
Beberapa peneliti
melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji,
daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak
42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai
insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Dari tanaman
sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan
bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa
acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau
makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan
kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik
sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin
NADH – ubiquinonereduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di
mitokondria.
2.4 Pembuatan pestisida dari daun sirsak
Cara pembuatan
pestisida nabati daun sirsak sebagai pengendali hama trips:
1.
Tumbuk 100 lembar daun sirsak.
2.
Rendam dalam 5 liter air dan tambahkan 15 gram deterjen.
3.
Diamkan sehari semalam.
4.
Saring larutan tersebut dengan kain.
5.
Encerkan setiap liter larutan dalam 10 liter air.
6.
Larutan semprot siap digunakan.
Cara pembuatan
pestisida nabati daun sirsak + jeringau + bawang putih untuk mengendalikan hama
wereng coklat:
1. Tumbuk halus segenggam daun sirsak,
segenggamjeringau dan 20 siung bawang putih.
2. Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah ditambahkan 20 gram deterjen selama 2 hari.
3.
Saring larutan tersebut dengan kain.
4.
Larutan tersebut siap digunakan.
Cara pembuatan
pestisida nabati daun sirsak + daun tembakau untuk mengendalikan hama belalang
dan ulat:
1. Ambil 50 lembar daun
sirsak ditumbuk sampai halus.
2. Rendam bahan–bahan
tersebut dalam 20 lt air
3. Saring larutan
tersebut dengan kain.
4. Larutan siap
digunakan dan disemprotkan ke tanaman.
2.5 Hama yang dapat dibasmi
pestisida nabati daun sirsak
· Macam-macam aphis
· Wereng coklat (Nilaparvata)
· Wereng hijau (Nephotettixvirescenns)
· Wereng punggung putih (Sogatellafurcifera)
· Kutu sisik hijau (Coccusviridis)
· Macam-macam ulat
· Ulat tritip (Plutellaxylostella)
· Lalat buah (Ceratitiscapitata)
· Kumbang labu merah (Aulachoporafoveicollis)
· Kepik hijau
· Hama kapas (Dysdercuskoeniglii)
2.6 Keuntungan Pestisida Nabati Daun
Sirsak
Dilihat dari konsep PHT pestisida
nabati mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci
diuraikan berikut ini:
Menurut Stoll
(1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat
yang lebih menguntungkan
yaitu:
a) Mengurangi resiko
hama mengembangkan sifat resistensi,
b)
Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c) Mengurangi resiko
terjadinya letusan hama kedua,
d) Mengurangi bahaya bagi
kesehatan manusia dan ternak,
e) Tidak
merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan,
f) Mengurangi
ketergantungan petani terhadap agrokimia dan
g) Biaya
dapatlebihmurah.Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkankarena daya
racun rendah,
h) Tidak mendorong
resistensi,
mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i)
Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan
usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan
bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih
bersifat spesifik,
residu lebih pendek dan
kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
2.7 Kelemahan Pestisida Nabati Daun
Sirsak
Pestisida nabati
digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada
tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan
pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyaraka dalam
pemakaiannya. Menurut Martono (1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain
1.
Karena bahan nabati kurang stabil
mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari
lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang
lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga
mengurangi aspek kepraktisannya
2.
Kebanyakan senyawa organic
nabati tidak polar sehingga sukar larut di
air karena itu diperlukan bahan pengemulsi
3.
Bahan nabati alami juga terkandung
dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan
jumlah bahan tumbuhan yang banyak
4.
Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan
pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk
pertanian massa
5.
Apabila bahan bioaktif terdapat
di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman,
mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala
pengembangannya lebih lanjut
6.
Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar
bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di
lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
||
1.
|
Blender
|
1.
|
Daun sirsak 100 lembar
|
2.
|
Pisau dan Gunting
|
2.
|
Air 1000 mL
|
3.
|
Gelas Ukur
|
||
4.
|
Saringan
|
||
5.
|
Corong
|
||
6.
|
Tempat ekstrak
|
||
7.
|
Plastik dan Karet
|
3.2 Cara Kerja
Pembuatan ekstrak
a.
Siapkan alat dan bahan
b.
Potong daun sirsak
c.
Masukkan ke dalam blender
d.
Masukkan air
e.
Blender sampai halus
f.
Keluarkan dari blender
g.
Saring dan masukkan ke dalam botol
h.
Tutup botol dan diamkan selama 1 minggu
3.3 Pembuatan
Larutan
a.
Siapkan hasil ekstraksi
b.
Masukkan hasil ekstraksi ke dalam gelas ukur sebanyak
- Konsentrasi 25% (ekstrak 25 ml dan air
75ml)
- Konsentrasi 50% (
ekstrak 50 ml dan air 50 ml)
- Konsentrasi 75% (ekstrak 75 ml dan air
25 ml)
c.
Setelah bahan tercampur rata dimasukkan ke dalam sparyer
d.
Aplikasikan ke tanaman budidaya (sawi)
3.4 Aplikasi
Cara aplikasinya adalah dengan cara
penyemprotan menggunakan sparyer pada tanaman sawi, tiap ulangan ±30ml
3.5 Rancangan Percobaan
1. Perlakuan terdiri dari 4 macam yaitu
kontrol, konsentrasi 25%, konsentrasi 50% dan konsentrasi 75%
2. Setiap perlakuan terdiri dari 3
ulangan
Penelitian dilakukan di greenhouse
SMKN 1 Purwosari dengan ketinggian 150 mdpl.
a. Pada
tiap tanaman sawi setelah disemprot diberi belalang kemudian ditutup dengan
plastik yang memiliki ventilasi udara
b. Pengamatan
dilakukan setiap hari terhadap serangan belalang dan efektivitas pestisida
c. Dilakukan
prnghitunganprosentase pada hari terakhir pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada bab ini,
akan kita lihat jumlah belalang yang mati setelah perlakuan penyemprotan
pestisida nabati.
Tabel 1. Respon belalang hari pertama setelah penyemprotan
Tabel 2. Respon belalang hari kedua setelah penyemprotan
Tabel 3. Respon belalang hari ketiga setelah penyemprotan
4.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan pertama,
yaitu satu hari setelah penyemprotan, terlihat bahwa belalang pada perlakuan
kontrol masih hidup pada semua ulangan. Perlakuan kedua yaitu konsentrasi 25%
juga terlihat bahwa belalang pada tiap ulangan masih hidup. Perlakuan ketiga, konsentrasi
50% pada tiap ulangan belalang masih hidup. Konsentrasi 75%, pada ulangan kedua
belalang mati dan pada ulangan pertama dan ketiga masih hidup. Pada pengamatan
pertama, ada satu belalang mati yaitu pada konsentrasi 75%.
Pada hasil pengamatan kedua, yaitu pada hari kedua setelah
penyemprotan. Pada pelakuan kontrol setiap ulangannya belalang masih hidup.
Pada konsentrasi 25% pada tiap ulangan belalang mati. Ini berarti jumlah
belalang mati pada konsentrasi 25% adalah 3. Pada konsentrasi 50%, belalang
pada ulangan kedua dan ketiga mati sedangkan pada ulangan pertama tetap hidup.
Berarti pada konsentrasi 50% jumlah belalang mati ada 2. Pada konsentrasi 75%,
ada 1 belalang mati pada hari pertama setelah penyemprotan, dan dihari kedua
pada ulangan pertama belalang mati.
Pada hasil pengamatan ketiga, yaitu pada hari ketiga setelah
penyemprotan. Belalang yang ada pada perlakuan kontrol tetap hidup. Pada
konsentrasi 25% belalang telah mati pada hari kedua setelah penyemprotan.
Konsentrasi 50% tersisa 1 belalang pada ulangan pertama dan telah mati. Pada
konsentrasi 75% tersisa satu belalang pada ulangan ketiga dan telah mati.
Dari hasil pengamatan juga dapat
dilihat bahwa semua belalang setelah pengamatan ketiga yang mendapatkan
perlakuan penyemprotan pestisida nabati daun sirsak mati. Namun, jumlah
belalang yang mati sekaligus pada tiap ulangan ada pada konsentrasi 25% yang
terjadi pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang tepat untuk
digunakan sebagai pestisida nabati daun sirsak adalah konsentrasi 25% karena
kandungan senyawa acetogenin, pada pada
konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama
menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Keuntungan menggunakan pestisida nabati daun sirsak antara
lain:
1. Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama
bagi tanaman budidaya tanpa merusak ekosistem atau rantai makanannya
2. Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya
tanaman
3. Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu
bahan kimia
4. Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap
sehat untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan pestisida kimia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pestisida
nabati daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama belalang karena
memiliki senyawa-senyawa yang bersifat racun perut bagi hama.
b. Pestisida nabati daun sirsak mengandung senyawa
acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Juga beberapa
kandungan kimia yaitu alkaloida, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, gikosidaatrakuinon,
dan steroid/ triterpenoid.
c. Konsentrasi
yang tepat untuk digunakan sebagai pestisida nabati adalah 25% karena bersifat
racun perut bagi hama belalang.
5.2 Saran
Untuk penggunaan
pestisida nabati dalam skala besar masih diperlukan penelitian lebih lanjut
terutama untuk volume penyemprotan dan hama yang akan dikendalikan.
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)